Monday 29 May 2017

VAKSIN,SITOKIN,KOMPLEMEN,IMUNOTERAPI DAN PENYAKIT TERKAIT IMUN



TUGAS IMUNNOLOGI
VAKSIN,SITOKIN,KOMPLEMEN,IMUNOTERAPI
DAN
PENYAKIT TERKAIT IMUN






KELOMPOK 3 :KELAS 2C
1. IQLIMA RIANTY (1604015148)
2. YANTI LILI FITRI ANGGRAENI(1604015153)
3. EGO ANDRIANO (1604015172)
4.R.SANDIANA RIZKI SAPUTRA (1604015182)
5. INAYA AKMILATUL MAGHFIRAH (1604015192)
6.GRESELLA SEPTIANI (1604015209)
7. ANANDA SARAH AULIA (1604015231)
8. INDAH SARI (1604015250)
9. YAYAT NURHAYATI (1604015261)
10. AMALIA RIANA (1604015262)
11. SINTA DEVIANTI (1604015264)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYA PROF.DR.HAMKA
 JAKARTA 2016/2017


VAKSIN
Disusun Oleh :1.        Yayat Nurhayati (1604015261)
2.                  Ananda Sarah Aullia (1604015231)
A.    Vaksin
Vaksin adalah sediaan yang mengandung zat antigenik yang mampu menimbulkan kekebalan aktif dan khas pada manusia. Vaksin dapat dibuat dari bakteri, riketsia atau virus dan dapat berupa suspense organisme hidup atau inaktif atau fraksifraksinya atau toksoid (Dirjen POM. 1995).
Vaksinasi sangat membantu untuk mencegah penyakit-penyakit infeksi yang menular baik karena virus atau bakteri, misalnya polio, campak, difteri, pertusis (batuk rejan), rubella (campak Jerman), meningitis, tetanus, Haemophilus influenzae tipe b (Hib), hepatitis, dll. Vaksin mengandung antigen yang sama atau bagian dari antigen yang menyebabkan penyakit, tetapi antigen dalam vaksin adalah dalam keadaan sudah dibunuh atau sangat lemah. Ketika mereka yang disuntikkan ke dalam jaringan lemak atau otot, antigen vaksin tidak cukup kuat untuk menghasilkan gejala dan tanda-tanda penyakit, tetapi cukup kuat bagi sistem imun untuk menghasilkan antibodi terhadap mereka. Sel-sel memori yang menetap akan mencegah infeksi ulang ketika mereka kembali lagi berhadapan dengan antigen penyebab penyakit yang sama di waktu-waktu yang akan datang. Dengan demikian, melalui vaksinasi, anak-anak mengembangkan kekebalan tubuh terhadap penyakit yang mestinya bisa dicegah. Namun perlu juga diingat bahwa karena vaksin berupa antigen, walaupun sudah dilemahkan, jika daya tahan anak atau host sedang lemah, mungkin bisa juga menyebabkan penyakit. Karena itu pastikan anak/host dalam keadaan sehat ketika akan divaksinasi. Jika sedang demam atau sakit, sebaiknya ditunda dulu untuk imunisasi/vaksinasi.

B.     Vaksin Aktif dan Vaksin Pasif
a.       Vaksin Aktif
Vaksin aktif adalah vaksin yang dengan sengaja memberikan paparan kepada tubuh dari antigen yang berasal dari suatu patogen, dengan harapan tubuh akan membentuk sistem kekebalan terhadap patogen tersebut. (Abbas et al, 2001 dan Grabenstein, 2006).
Pada dasarnya vaksin (imunisasi aktif), dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu (Suyitno, 2011) :
1.      Live Attenuated (bakteri atau virus hidup yang dilemahkan).
Vaksin hidup attenuated diproduksi di laboratorium dengan cara melakukan modifikasi virus atau bakteri penyebab penyakit. Vaksin mikroorganisme yang dihasilkan masih memiliki kemampuan untuk tumbuh menjadi banyak (replikasi) dan menimbulkan kekebalan tetapi tidak menyebabkan penyakit.
2.      Inactivated (bakteri, virus atau komponennya yang dibuat tidak aktif).
Vaksin Inactivated dapat terdiri atas seluruh tubuh virus atau bakteri, atau komponen (fraksi) dari kedua organisme tersebut. Vaksin inactivated dihasilkan dengan cara membiakkan bakteri atau virus dalam media pembiakan (persemaian), kemudian dibuat tidak aktif (Inactivated dengan penanaman bahan kimia.
b.      Vaksin Pasif
        Vaksin Pasif memberikan imunoglobulin (kekebalan yang sudah jadi) kepada tubuh seseorang sehingga dapat memberikan perlindungan dengan segera dan cepat yang seringkali dapat terhindar dari kematian ( Abbas et al, 2001 dan Grabenstein, 2006).Imunisasi pasif dapat terjadi secara alami atau didapat. Transfer imunitas pasif alami terjadi saat ibu hamil memberikan antibodi tertentu ke janinnya melalui plasenta, terjadi diakhir trimester pertama kehamilan, dan jenis antibodi yang disalurkan melalui plasenta adalah immunoglobulin G (IgG). Transfer imunitas alami dapat terjadi dari ibu ke bayi melalui ko lostrum (ASI), jenis yang ditransfer adalah immunoglobulin A (IgA). Transfer imunitas pasif didapat terjadi saat seseorang menerima plasma atau serum yang mengandung antibodi tertentu untuk menunjang kekebalan tubuhnya (Hendrarto et al, 2011).
            Jenis imunisasi pasif atau seroterapi tergantung dari cara pemberian dan jenis antibodi yang diinginkan, yaitu (Hendrarto dkk, 2011) :
1).  Imunoglobulin yang diberikan secara intramsuku lar (IG)
2).  Imunoglobulin yang diberikan secara intravena (IVIG)
3).  Imunoglobulin spesifik (hyperimmune)
4).  Plasma manusia
5).  Antiserum (antibodi dari hewan)
c.       Jenis – Jenis Vaksin
·      Vaksin Toksoid
       Vaksin yang dibuat dari beberapa jenis bakteri yang menimbulkan penyakit dengan memasukkan racun dilemahkan ke dalam aliran darah.Bahan bersifat imunogenik yang dibuat dari toksin kuman.Hasil pembuatan bahan toksoid yang jadi disebut sebagai natural fluid plain toxoid yang mampu merangsang terbentuknya antibodi antitoksin.Imunisasi bakteri toksoid efektif selama satu tahun. Contoh :Vaksin Difteri dan Tetanus.
·         Vaksin Idiotipe
Vaksin yang dibuat berdasarkan sifat bahwa Fab (fragment antigen binding) dari antibodi yang dihasilkan oleh tiap klon sel B mengandung asam amino yang disebut sebagai idiotipe atau determinan idiotipe yang dapat bertindak sebagai antigen.Vaksin ini dapat menghambat pertumbuhan virus melalui netralisasai dan pemblokiran terhadap reseptor pre sel B.
·         Vaksin Rekombinan
Vaksin rekombinan memungkinkan produksi protein virus dalam jumlah besar. Gen virus yang diinginkan diekspresikan dalam sel prokariot atau eukariot. Sistem ekspresi eukariot meliputi sel bakteri E.coli, yeast, dan baculovirus.Dengan teknologi DNA rekombinan selain dihasilkan vaksin protein juga dihasilkan vaksin DNA. Penggunaan virus sebagai vektor untuk membawa gen sebagai antigen pelindung dari virus lainnya, misalnya gen untuk antigen dari berbagai virus disatukan ke dalam genom dari virus vaksinia dan imunisasi hewan dengan vaksin bervektor ini menghasilkan respon antibodi yang baik. Susunan vaksin ini (misal hepatitis B) memerlukan-epitop organisme yang patogen. Sintesis dari antigen vaksin tersebut melalui isolasi dan penentuan kode gen epitop bagi sel penerima vaksin.
·         Vaksin DNA (Plasmid DNA Vaccines)
Vaksin dengan pendekatan baru dalam teknologi vaksin yang memiliki potensi dalam menginduksi imunitas seluler. Dalam vaksin DNA gen tertentu dari mikroba diklon ke dalam suatu plasmid bakteri yang direkayasa untuk meningkatkan ekspresi gen yang diinsersikan ke dalam sel mamalia. Setelah disuntikkan DNA plasmid akan menetap dalam nukleus sebagai episom, tidak berintegrasi kedalam DNA sel (kromosom), selanjutnya mensintesis antigen yang dikodenya. Selain itu vektor plasmid mengandung sekuens nukleotida yang bersifat imunostimulan yang akan menginduksi imunitas seluler. Vaksin ini berdasarkan isolasi DNA mikroba yang mengandung kode antigen yang patogen dan saat ini sedang dalam perkembangan penelitian. Hasil akhir  penelitian pada binatang percobaan menunjukkan bahwa vaksin DNA (virus dan bakteri) merangsang respon humoral dan selular yang cukup kuat,sedangkan penelitian klinis pada manusia saat ini sedang dilakukan.
·         Vaksin Acellular dan Subunit
     Vaksin yang dibuat dari bagian tertentu dalam virus atau bakteri dengan melakukan kloning dari gen virus atau bakteri melalui rekombinasi DNA, vaksin vektor virus dan vaksin antiidiotipe.Contoh:Vaksin Hepatitis B, Vaksin Hemofilus Influenza tipe b (Hib) dan Vaksin Influenza.
·            Vaksin Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B dapat mencegah penyakit Hepatitis B dan berbagai komplikasinya yang serius yaitu sirosis dan kanker.Vaksinasi Hepatitis B dibuat dari bagian virus, bukan seluruh virus tersebut sehingga vaksin hepatitis tidak dapat menimbulkan penyakit hepatitis. Vaksin Hepatitis B diberikan 4 serial, pemberian serial ini memberikan efek proteksi jangka panjang bahkan seumur hidup.
·            Vaksin Pneumokokus
Persatuan kesehatan sedunia menempatkan penyakit Pneumokokus yaitu penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin sebagai penyebab no.1 kematian anak-anak di bawah umur 5 tahun di seluruh dunia. Bakteri Pneumonia (Pneumokokus) dapat menyebabkan penyakit Pneumokokus. Biasanya ditemukan di dalam saluran pernafasan anak-anak yang disebarkan melalui batuk atau bersin.Kini terdapat lebih dari 90 jenis Pneumokokus yang diketahui, namun hanya lebih kurang 10% yang bisa menyebabkan penyakit yang serius di seluruh dunia. Jenis 19A adalah bakteri yang muncul di dunia dan dapat menyebabkan penyakit pneumokokus yang sangat serius dan resisten terhadap antibiotik.
d.      Jenis dan Manfaat Vaksin Program Imunisasi di Indonesia
1.      Vaksin Hepatitis B , untuk mencegah penyakit Hepatitis B
2.      Vaksin Polio, untuk mencegah penyakit Polio
3.      Vaksin DPT-HB, untuk mencegah penyakit Difteri, Pertusis, Tetanus dan Hepatitis B
4.      Vaksin DT, untuk mencegah penyakit Difteri dan Tetanus
5.      Vaksin TT, untuk mencegah penyakit Tetanus
6.      Vaksin Campak, untuk mencegah penyakit Campak
7.      Vaksin Td, untuk mencegah penyakit Tetanus dan Difteri

SITOKIN
Disusun oleh :1.         Indah Sari (1604015250)
2.            Iqlima Rianty (1604015148)

Sitokin dapat memberikan efek langsung dan tidak langsung:
·         Efek Langsung
a.       Lebih dari stu efek terhadap berbagai jenis sel ( pleitropi )
b.      Autoregulasi  ( fungsi autokrin )
c.       Terhadap sel yang letaknya tidak jauh ( fungsi parakin ).
·         Efek Tidak Langsung
a.       Menginduksi ekspresi reseptor untuk sitokin lain atau bekerja sama dengan sitokin lain dalam merangsang sel ( sinergisme)
b.      Mencegah ekspresi reseptor atau produksi sitokin ( antagonisme ).
Mekanisme kerja sitokin
Mekanisme kerja sitokin dalam jaringan yang berbeda bergantung pada keadaan fisiologis. Keberadaan sitokin sama dengan hormone yang lain yaitu terdapat dalam konsentrasi rendah.
Sitokin mendorong pembelahan sel dalam biakan jaringan dengan cara meningkatkan peralihan dari G2 ( fase istirahat )ke mitosin. Hal tersebut terjadi karena sitokinin menaikkan laju sintesis protein yang dibutuhkan untuk mitosis. Sintesis protein dapat diingatkan dengan cara memacu pembentukan RNA kurir (RNA yang mengkode sistesis protein tertentu ).
Kajian terhadap pembelahan sel yang diaktifkan oleh sitokinin di meristem apical diperoleh bukti bahwa benziladenin dapat mempersingkat laju berlangsungnya fase S dalam daur sel ( dari G2 ke mitosis ) dan bahwa hal tersebut terjadi karena sitokinin menaikan laju sintesis protein. Beberapa protein itu berupa protein pembangun atau enzim yang dibutuhkan untuk mitosis. Diduga protein tersebut memacu pembelahan sel secara langsung dengan cara mengendalikan sintesis DNA.

KOMPLEMEN (JALUR AKTIVASI)

DISUSUN OLEH      :1.        EGO ANDRIANO (1604015172)

Komplemen adalah kumpulan sembilan protein plasma (C1-C9) bukan antibodi yang diperlukan pada reaksi antigen-antibodi sehingga terjadi kerusakan jaringan atau kematian mikroba serta lisis sel.
Aktivasi komplemen menghasilkan sejumlah molekeul efektor antara lain anafilaktoisisin, adherens imun, opsonin, dan membrane attack complex yang mempunyai efek biologi.

AKTIVASI KOMPLEMEN
Ada 3 aktivator yang berbeda yang mendeteksi kuman dan mengaktifkan C3 yang merupakan komplemen kunci. Sistem komplemen mengandung lebih dari 18 macam protein. Protein-protein ini bertindak dalam suatu kaskade, dimana satu protein mengaktifkan protein berikutnya. Sistem komplemen bisa diaktifkan melalui 2 cara yang berbeda.
a.       Sistem komplemen dapat diaktifkan melalui dua jalur, yaitu jalur klasik dan jalur alternatif. Aktivasi tersebut melalui suatu proses enzimatik yang terjadi secara berantai, berarti produk yang timbul pada satu reaksi akan merupakan enzim untuk reaksi berikutnya. Caranya ialah dengan dilepaskannya sebagian atau mengubah bangunan kompleks protein tersebut (pro enzim) yang tidak aktif  menjadi bentuk aktif (enzim). Satu molekul enzim yang aktif mampu mengakibatkan banyak molekul komplemen berikutnya. Cara kerja semacam ini disebut the one hit theory.
b.      Secara garis besar aktivasi komplemen baik melalui jalur klasik maupun jalur alternatif terdiri atas tiga mekanisme,
a) pengenalan dan pencetusan
b) penguatan (amplifikasi)
c) pengakhiran kerja berantai dan terjadinya lisis serta penghancuran membran sel   (mekanisme terakhir ini seringkali juga disebut kompleks serangan membran)
c.       Aktivasi jalur klasik dicetuskan dengan berikatannya C1 dan kompleks antigen-antibodi, sedangkan aktivasi jalur alternatif dimulai dengan adanya ikatan antara C3b dengan berbagai zat aktivator seperti dinding sel bakteri. Kedua jalur bertemu dan memacu terbentuknya jalur serangan membran yang akan mengkibatkan lisisinya dinding sel antigen.
A.    Aktivasi Komplemen Jalur Klasik
Seperti telah dibutkan diatas, aktivasi komplemen melalui jalur klasik atau disebut pula jalur intrinsik, dibagi menjadi 3 tahap.
v  Regulasi jalur klasik Regulasi jalur klasik terutama terjadi melalui 2 fase, yaitu melalui aktivitas C1 inhibitor dan penghambatan C3 konvertase.  
·         Aktivitas C1 inhibitor. Aktivitas proteolitik C1 dihambat oleh C1 inhibitor (C1 INH). Sebagian besar C1 dalam peredaran darah terikat pada C1 INH. Ikatan antara C1 dengan kompleks antigen-antibodi akan melepaskan C1 dari hambatan C1 INH.  
·         Penghambatan C3 konvertase Pembentukan C3 konvertase dihambat oleh beberapa regulator.  
C4 binding protein (C4bp) dan reseptor komplemen tipe 1 (CR1) dapat berikatan dengan C4b sehingga mencegah terbentuknya C4b2b (C3 konvertase). Disamping itu kedua reseptor ini bersama dengan membrane cofaktor protein (MCP) juga dapat meningkatkan potensi faktor I dalam merusak C4b.
Decay accelerating faktor (DAF) dapat berikatan dengan C4b sehingga mencegah terbentulmya C4b2b. 
B.     Aktivasi Komplemen Jalur Alternatif
Aktivasi jalur alternatif atau disebut pula jalur properdin, terjadi tanpa melalui tiga reaksi pertama yang terdapat pada jalur klasik (C1 ,C4 dan C2) dan juga tidak memerlukan antibodi IgG dan IgM.  Pada keadaan normal ikatan tioester pada C3
diaktifkan terus menerus dalam jumlah yang sedikit baik melalui reaksi dengan H2O2 ataupun dengan sisa enzim proteolitik yang terdapat sedikit di dalam plasma. Komplemen C3 dipecah menjadi frclgmen C3a dan C3b. Fragmen C3b bersama dengan ion Mg++ dan faktor B membentuk C3bB. Fragmen C3bB diaktifkan oleh faktor D menjadi C3bBb yang aktif (C3 konvertase) (Lihat Gambar 5-2). Pada keadaan normal reaksi ini berjalan terus dalam jumlah kecil sehingga tidak terjadi aktivasi komplemen selanjutnya. Lagi pula C3b dapat diinaktivasi oleh faktor H dan faktor I menjadi iC3b, dan selanjutnya dengan pengaruh tripsin zat yang sudah tidak aktif ini dapat dilarutkan  dalam plasma (lihat Gambar 5-3 ) .
Tetapi bila pada suatu saat ada bahan atau zat yang dapat mengikat dan melindurlgi C3b dan menstabilkan C3bBb sehingga jumlahnya menjadi banyak, maka C3b yang terbentuk dari pemecahan C3 menjadi banyak pula, dan terjadilah aktivasi komplemen selanjutnya. Bahan atau zat tersebut dapat berupa mikroorganisme, polisakarida (endotoksin, zimosan), dan bisa ular. Aktivasi komplemen melalui cara ini dinamakan aktivasi jalur alternatif. Antibodi yang tidak dapat mengaktivasi jalur klasik misalnya IgG4, IgA2 dan IgE juga dapat mengaktifkan komplemen melalui jalur alternatif.
Jalur alternatif mulai dapat diaktifkan bila molekul C3b menempel pada sel sasaran. Dengan menempelnya C3b pada permukaan sel sasaran tersebut, maka aktivasi jalur alternatif dimulai; enzim pada permukaan C3Bb akan lebih diaktifkan, untuk selanjutnya akan mengaktifkan C3 dalam jumlah yang besar dan akan menghasilkan C3a dan C3b dalam jumlah yang besar pula. Pada reaksi awal ini suatu protein lain, properdin dapat ikut beraksi menstabilkan C3Bb; oleh karena itu seringkali jalur ini juga disebut sebagai jalur properdin. Juga oleh proses aktivasi ini C3b akan terlindungi dari proses penghancuran oleh faktor H dan faktor I.
Tahap akhir jalur alternatif adalah aktivasi yang terjadi setelah lingkaran aktivasi C3. C3b yang dihasilkan dalam jumlah besar akan berikatan pada permukaan membran sel. Komplemen C5 akan berikatan dengan C3b yang berada pada permukaan membran sel dan selanjutnya oleh fragmen C3bBb yang aktif akan dipecah menjadi C5a dan C5b. Reaksi selanjutnya seperti yang terjadi pada jalur altematif (kompleks serangan membran). 

IMUNORESTORASI

DISUSUN OLEH :1. GRASELLA SEPRIANI (1604015209)

Imunorestorasi Ialah Suatu Cara Untuk Mengembalikan Fungsi Sistem Imun Yang Terganggu Dengan Memberikan Berbagai Komponen Sistem Imun, Seperti: Immunoglobulin Dalam Bentuk Immune Serum Globulin (ISG), Hyperimmune Serum Globulin (HSG), Plasma, Plasmapheresis, Leukopheresis, Transplantasi Sumsum Tulang, Hati Dan Timus.
Imunorestorasi Merupakan Suatu Upaya Memperbaiki Sistem Imun Yang Terganggu Dengan Cara Memberikan Komponen Sistem Imun, Misalnya Memberikan Immunoglobulin, Plasma Darah, Pencangkokan Sumsum Tulang Dan Lain-Lain.
Imunorestorasi Ialah Suatu Cara Untuk Mengembalikan Fungsi Sistem Imun Yang Terganggu Dengan Memberikan Berbagai Komponen Sistem Imun.
1.    Immune Serum Globulin (ISG) Dan Hyperimmune Serum Globulin (HSG)
Diberikan Untuk Memperbaiki Fungsi Sistem Imun Pada Penderita Dengan Defisiensi Imun Humoral, Baik Primer Maupun Sekunder. ISG Dapat Diberikan Secara Intravena Dengan Aman. Defisiensi Imunoglobulin Sekunder Dapat Terjadi Bila Tubuh Kehilangan Ig Dalam Jumlah Besar, Misalnya Pada Sindrom Nefrotik, Limfangiektasi Intestinal, Dermatitis Eksfoliatif Dan Luka Bakar.
Keuntungan:
Pemberian Vaksin ISG Merupakan Pencegahan Hepatitis A
Dapat Memperbaiki Fungsi Sistem Imun.
SG Dapat Diberikan Secara Intravena Dengan Aman.
Kerugian :
Menggigil,Muntah,Mual.Pusing,Sakit Otot Yang Ringan

2.    Plasma
Infus Plasma Segar Telah Diberikan Sejak Tahun 1960 Dalam Usaha Memperbaiki Sistem Imun. Darah Cair Atau Plasma Darah Adalah Cairan Darah Berbentuk Butiran-Butiran Darah. Di Dalamnya Terkandung Benang-Benang Fibrin / Fibrinogen Yang Berguna Untuk Menutup Luka Yang Terbuka.
Keuntungan:
Pemberian Plasma Adalah Semua Jenis Imunoglobulin Dapat Diberikan Dalam Jumlah Besar Tanpa Menimbulkan Rasa Sakit.
Kerugian :
Bahwa Transfusi Ini Tidak Dapat Mengatasi Anemia.
 Berefek Samping Dapat Terjadi Penularan Virus Dan Reaksi Anafilaksis
3.    Plasmapheresis
Plasmapheresis (Pemisahan Sel Darah Dari Plasma) Digunakan Untuk Memisahkan Plasma Yang Mengandung Banyak Antibodi Yang Merusak Jaringan Atau Sel, Seperti Pada Penyakit: Miastenia Gravis, Sindroma Goodpasture Dan Anemia Hemolitik Autoimun.
Keuntungan :
Plasmapheresis Digunakan Untuk Mengobati Penderita Sindrom Goodpasture.Plasmapheresis Dianjurkan Untuk Pasien Dengan Kelemahan Sedang Hingga Berat (Didefinisikan Sebagai Kemampuan Berjalan Dengan Bantuan Atau Tidak Mampu Berjalan Sama Sekali).Memperbaiki Status Fungsional Baik Jangka Pendek Maupun 1 Tahun.
Kerugian :
·           Biaya Plasmapheresis Cukup Mahal
·           Relaps Terjadi Pada 10% Pasien Dalam Kurun Waktu 3 Minggu Pasca-Terapi.
4.    Leukopheresis
Pemisahan Leukosit Secara Selektif Dari Penderita Telah Dilakukan Dalam Usaha Terapi Artritis Reumatoid Yang Tidak Baik Dengan Cara-Cara Yang Sudah Ada.
Keuntungan :
·           Leukosit Bertambah Banyak Sehingga Membantu Bila Ada Penyembuhan Luka.
Kerugian :
Bila Pemisahan Leukosit Berlebih Maka Leukosit Didalam Darah Akan Meningkat Apabila Leukosit Terlalu Banyak Akan Menyebabkan Leukimia.

5.    Transplantasi Sumsum Tulang, Jaringan Hati, Timus
Sumsum Tulang Adalah Jaringan Lunak Yang Ditemukan Pada Rongga Interior Tulang Yang Merupakan Tempat Produksi Sebagian Besar Sel Darah Baru
Transplantasi Sumsum Tulang Merupakan Prosedur Dimana Sumsum Tulang Yang Rusak Digantikan Dengan Sumsum Tulang Yang Sehat
A.        Timus Adalah Kelenjar Yang Berada Di Sekitar Dada Yang Membantu Mengembangkan Sistem Kekebalan Tubuh.
B.        Timus Penting Peranannya Dalam Sistem Imun Spesifik Seluler, Karena Di Dalam Timus Terjadi Diferensiasi Dan Proliferasi Dari Sel T Atau Limfosit T. Dengan Demikian Involusi Dari Kelenjar Timus Akan Menyebabkan Penurunan Dari Sel T, Diantaranya Adalah Sel T CD4+
Keuntungan :
·                       Berguna Untuk Mengganti Sel-Sel Darah Yang Rusak Karena Kanker.
·                                   Ditransplantasikan Dapat Mengembalikan Kemampuan Memproduksi Sel-Sel Darah Yang Pasien Perlukan.
·                                   Transplantasi Sumsum Tulang Mungkin Merupakan Pengobatan Yang Efektif Pada Beberapa Keadaan.
Pengangkatan Kelenjar Timus TIDAK Meningkatkan Kemungkinan Berkembangnya Penyakit Autoimun.

IMUNUSUPRESAN
DISUSUN OLEH :1.              AMALIA RIANA (1604015262)

1.      Pengertian Imunosupresan
Imunosupresan Adalah Kelompok Obat Yang Digunakan Untuk Menekan Respon Imun Seperti Pencegah Penolakan Transpalansi, Mengatasi Penyakit Autoimun Dan Mencegah Hemolisis Rhesus Dan Neonatus. Sebagain Dari Kelompok Ini Bersifat Sitotokis Dan Digunakan Sebagai Antikanker. Immunosupresan Merupakan Zat-Zat Yang Justru Menekan Aktivitas Sistem Imun Dengan Jalan Interaksi Di Berbagai Titik Dari Sistem Tersebut. Titik Kerjanya Dalam Proses-Imun Dapat Berupa Penghambatan Transkripsi Dari Cytokin, Sehingga Mata Rantai Penting Dalam Respon-Imun Diperlemah. Khususnya Il-2 Adalah Esensial Bagi Perbanyakan Dan Diferensial Limfosit, Yang Dapat Dihambat Pula Oleh Efek Sitostatis Langsung. Lagi Pula T-Cells Bisa Diinaktifkan Atau Dimusnahkan Dengan Pembentukan Antibodies Terhadap Limfosit.
Imunosupresan Digunakan Untuk Tiga Indikasi Utama Yaitu, Transplanatasi Organ, Penyakit Autoimun, Dan Pencegahan Hemolisis Rhesus Pada Neonatus.
2.      Mekanisme Kerja Dan Pilahan Obat Imunosupresan
Kerja Obat Imunosupresan Berdasarkan Penghambatan/Supresi Reaksi Umum Secara Dini.  Pada Gambar 48-3 Menunjukkan Tempat Kerja Obat Imunosupresan Dalam Mengatasi  Selain Dengan Obat, Imunosupresi Dapat Juga Diperoleh Dengan Memanipulasi Jumlah Ag Dan Ab Dalam Tubuh.  Penggunaan Imunosupresan Bertujuan Untuk Mendapatkan Toleransi Spesifik (Terarah), Yaitu Toleransi Terhadap Suatu Antigen Tertentu Saja.  Alasan Dikehendakinya Suatu Toleransi Spesifik, Dan Bukan Umum, Ialah Karena Toleransi Umum Dapat Membahayakan Individunya; Khusunya Memudahkan Timbulnya Penyakit Infeksi Berat.  Tetapi Sayangnya Toleransi Spesifik Seringkali Sulit Dicapai.  Perlu Dimengerti Bahwa Bila Ag Masih Terdapat Dalam Tubuh, Reaksi Imunologik Akan Muncul Kembali Dengan Penghentian Pemberian Imunosupresan.
Efek Imunosupresi Dapat Dicapai Dengan Salah Satu Cara Berikut: (1) Menghambat Proses Fagositosis Dan Pengolahan Ag Menjadi Ag Imunogenik Oleh Makrofag; (2) Menghambat Pengenalan Ag Oleh Sel Limfoid Imunokompeten; (3) Merusak Sel Limfoid Imunokompeten; (4) Menekan Diferensiasi Dan Proliferasi Sel Imunokompeten, Sehingga Tidak Terbentuk Sel Plasma Penghasil Ab, Atau Sel T Yang Tersensitisasi Untuk Respons Imun Selular; Dan (5) Menghentikan Produksi Ab Oleh Sel Plasma, Serta Melenyapkan Sel T Yang Tersensitisasi Yang Telah Terbentuk.  Beberapa Imunosupresan Mempengaruhi Berbagai Reaksi Respons Imun, Umpamanya Reaksi Inflamasi.
Secara Praktis, Di Klinik Penggunaan Obat Imunosupresan Berdasarkan Waktu Pemberiannya.  Untuk Itu Respons Imun Dibagi Dalam Dua Fase.  Fase Pertama Adalah Fase Induksi, Yang Meliputi: (1) Fase Pengolahan Ag Oleh Makrofag, Dan Pengenalan Ag Oleh Limfosit Imunokompeten; (2) Fase Proliferasi Dan Diferensiasi Sel B Dan Sel T, Masing-Masing Untuk Respons Imun Humoral Dan Selular.  Fase Kedua: Fase Produksi, Yaitu Fase Sintesis Aktif Ab Dan Limfokin.
Berdasarkan Fase-Fase Tersebut Di Atas, Imunosupresan Dibagi Dalam Tiga Kelas.  Imunosupresan Kelas I Harus Diberikan Sebelum Fase Induksi, Yaitu Sebelum Terjadi Perangsangan Oleh Ag.  Jadi Kerjanya Adalah Merusak Limfosit Imunokompeten (Limfolitik).  Contohnya: Alkilator Radiomimetic Dan Kortikosteroid (Sinar X Juga Bekerja Pada Fase Ini).  Jika Diberikan Setelah Terjadi Perangsangan Oleh Ag, Biasanya Tidak Diperoleh Efek Imunosupresif Sehingga Respons Imun Dapat Berlanjut Terus.
Imunosupresan Kelas Ii Adalah Yang Harus Diberikan Dalam Fase Induksi; Biasanya Satu Atau Dua Hari Setelah Perangsangan Oleh Ag Berlangsung.  Obat Golongan Ini Bekerja Menghambat Proses Diferensiasi Dan Proliferasi Sel Imunokompeten, Misalnya Antimetabolit.  Jika Diberikan Sebelum Adanya Perangsangan Oleh Ag, Umumnya Tidak Memperlihatkan Efek Imunosupresif; Malahan Sebaliknya, Beberapa Obat Tersebut Justru Dapat Meningkatkan Respons Imun, Umpamanya Azatioprin Dan Metotreksat.  Bagaimana Mekanisme Terjadinya Hal Yang Disebut Belakangan Belum Diketahui Dengan Pasti.
Imunosupresan Kelas Iii Memiliki Sifat Imunosupresan Kelas I Maupun Kelas Ii.  Jadi Golongan Ini Dapat Menghasilkan Imunosupresi Bila Diberikan Sebelum Maupun Sesudah Adanya Perangsangan Oleh Ag.
Pilahan Imunosupresan Dapat Dilihat Dalam Tabel Di Bawah Ini.
Kelas I
Kelas Ii
Kelas Iii
Busulfan
L-Melfalan
D-Melfalan
Glukokortikoid:
D.  Prednison
E.   Prednisolon
F.   Glukokortikoid Lainnya
Mitomisin C
Kolkisin
Fitohemaglutinin
Sinar-X
Klorambusil
Metotreksat
Azatioprin
6-Merkaptopurin (6-Mp)
Sitarabin (Ara-C)
5-Bromo-Deoksiuridin (5-Budr)
5-Fluoro-Deoksiuridin (5-Fudr)
5-Fluorourasil (5-Fu)
Vinblastin (Vbl)
Vinkristin (Vcr)
Siklosporin*
Siklofosfamid
Prokarbazin
*Paling Efektif Bila Diberikan Bersamaan Dengan Antigen
Dari Obat Yang Tertera Dalam Tabel Tersebut Hanya Beberapa Saja Yang Telah Lazim Digunakan Sebagai Imunosupresan, Yaitu: (1) Alkilator: Siklofosfamid Dan Klorambusil; (2) Antimetabolit: Aztioprin Dan 6-Merkaptopurin (Analog Purin), Metotreksat (Analog Folat); (3) Kortikosteroid: Prednisolon, Prednison; Dan (4) Siklosporin.
Obat Yang Digunakan Sebagai Imunosupresan Sebagian Besar Termasuk Dalam Golongan Obat Kelas Ii, Contohnya Azatioprin, 6-Merkaptopurin, Klorambusil Dan Metotreksat.  Efek Utama Obat Kelompok Ini Ialah Menghancurkan Sel Yang Sedang Berproliferasi, Maka Tahap Proliferasi Dan Diferensiasi Umumnya Merupakan Fase Yang Lebih Sensitif Daripada Tahap Lainnya.  Obat-Obat Ini Paling Efektif Diberikan Beberapa Hari Setelah Berlangsungnya Stimulasi Ag Yaitu Pada Periode Dengan Sensitivitas Maksimal.
Imunosupresan Kelas Iii Yang Telah Banyak Digunakan Sampai Kini Hanyalah Sikolofosfamid.  Efek Imunosupresif Dapat Diperoleh Bila Diberikan Sebelum Maupun Sesudah Berlangsungnya Stimulasi Ag, Tetapi Efek Ini Terkuat Pada Pemberian Beberapa Hari Setelah Stimulasi Ag Berlangsung.
Golongan Imunosupresan Kelas I Yang Telah Digunakan Sampai Kini Hanyalah Glukokortikoid, Khususnya Prednisolon Dan Prednison.

IMUNOSTIMULAN

Disusun          : 1.       Yanti Lili Fitri Anggraeni(1604015154)

Imunostimulan adalah senyawa tertentu yang dapat meningkatkan mekanisme pertahanan tubuh baik secara spesifik maupun non spesifik, mekanisme pertahanan seluler maupun humoral. Pertahanan non spesifik terhadap antigen ini disebut paraimunitas. Indikataor semacam ini biasanya tidak atau sedikit sekali kerja antigennya,akan tetapi sebagian besar bekerja sebagai mitogen yaitu meningkatkan proliferasi sel yang berperan pada imunitas. Sel tujuan adalah Makrofag, granulosit, limposit T dan B,karena indicator pramunitas ini bekerja menstimulasi mekanisme pertahanan seluler.Mitogen ini dapat bekerja langsung maupun tidak langsung untuk meningkatakan fagositas mikro dan makro.
Imustimulan dijuluki untuk perbaikan fungsi imun pada kondisi imunosupresi,yaitu kelompok yang mempengaruhi respon imunitas seluler dan humoral.
Contoh penyakit Imunostimulan adalah AIDS
Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau Sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya SIV,FIV dan lain-lain).Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu, Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim(vaginal ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik,yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Cara terapi pada penderita AIDS
Pada dasarnya hingga saat ini belum ditemukan obat untuk AIDS. Hanya saja beberapa jenis obat bisa diberikan oleh dokter untuk meningkatkan kehidupan penderita, memperpanjang kesempatan hidup, dan mengurangi resiko penyebaran AIDS. Dokter yang merawat penderita HIV pada tahap awal bisa memberikan obat anti HIV dan obat oral jangka panjang.
Pemberian obat antiretroviral biasanya akan diberikan kepada pasien yang masuk dalam tahap awal infeksi HIV. Dosis untuk pengobatan HIV dan AIDS biasanya sudah diatur oleh dokter dan harus dilakukan oleh penderita seumur hidup.
Banyak penderita HIV yang meninggalkan pengobatan melalui pil atau obat oral karena efek yang tidak nyaman untuk tubuh seperti diare terus menerus, mual, muntah, masalah kulit dan depresi.

IMUNONUTRIAN DALAM IMUNOTERAPI

DISUSUN OLEH :1.                        SINTA DEVIANTI (1604015264)

A.    Definisi Imunonutrien
Imunonutrien adalah pemberian nutrien spesifik yang bertujuan memodulasi fungsi imunologi tubuh. Konsep di balik formula ini adalah untuk melindungi dan merangsang sistem kekebalan tubuh dengan tujuan mengurangi komplikasi infeksi.
Nutrien yang telah diidentifikasi sebagai imunonutrien adalah sebagai berikut :
·         Glutamin.
·         Arginin.
·         N-acetylcysteine(as acysteine precursor).
·         Asam amino rantai cabang.
·         Nukleotida.
·         Asam lemak Ω-3 rantai panjang
·         Vitamin antioksidan
·         Trace element, selenium
·         Taurin
B.     Contoh Penyakit dan Pemberiannya
Salah satu penyakit yang membutuhkan pemberian nutrien spesifik  untuk imunologi tubuh adalah Penyakit Kanker.
1.Nutrisi Pada Penderita Kanker
kanker terjadi akibat perubahan sel yang melepaskan diri dari mekanisme pengaruh normal. Kanker sendiri merupakan istilah yang menggambarkan keadaan penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak terkendali secara normal yaitu multifikasi dan menyebar. Multifikasi sel merupakan keadaan normal pada masa pertumbuhan atau proses regenerasi. Akan tetapi bila faktor yang mengontrol pembelaan sel tidak lagi berfungsi dengan normal maka keadaan ini yang disebut penyakit kanker.
Pada penderita kanker biasanya mengalami penurunan nafsu makan sehingga banyaknya nutrisi yang di butuhkan tubuh berkurang yang membuat terjadinya penurunan berat badan. Sehingga dalam hal ini sangat diperlukannya  pemberian nutrien spesifik dalam tubuh penderita untuk imunologi tubuh.
2. Terapi nutrisi pada penderita kanker
Kebutuhan nutrisi penderita kanker sangat individual dan berubah-ubah dari waktu ke waktu selama perjalanan penyakit serta tergantung dari terapi yang di jalankan. Kebutuhan energi dan protein penderita kanker belum ada kesepakatan. Secara umum dianjurkan kebutuhan kalori 25-23 kal/kg BB/hari, protein 1-1,5 gr/kg BB. Terutama bagi yang tidak dapat mengkonsumsi gizi seimbang.
3. Cara Pemberian
Ø  Melalui Mulut/ Peroral
Pemberian melalui mulut merupakan cara yang paling disukai. Namun pada penderita kanker yang mengalami anoreksia dan perubahan rasa kecap maka pemberian makanan peroral menjadi masalah dan perlu mendapatkan perhatian khusus.
Ø  Nutrisi enteral/ Melalu Pipa
Bila pemberian makanan melalui mulut tidak dapat diterima maka dipertimbangkan pemberian makan dengan cara lain. Yaitu dengan melalui pipa. Biasanya lebih sering  pipa dimasukan melalui hidung karna lebih mudah. Selain itu pipa dapat juga bermuara di lambung maupun usus halus tergantung lokasi tumor.
Ø  Nutrisi Parenteral
Pemberian nutrisi parenteral mempunyai resiko tetapi pada keadaan tertentu cara ini perlu dipertimbangkan. Misalnya pada penderita kanker dengan gangguan fungsi saluran cerna, operasi pemotongan usus yang luas atau obstruksi. Pada penderita dengan nutrisi parenteral ini perlu di pantau dengan ketat karna selain mahal juga efek samping nutrisi ini cukup besar.
C.     Pengobatan Penyakit kanker
Pengobatan anti kanker seperti kemotrapi, radiasi serta pembedahan dapat mempengaruhi status nutrisi penderita. Status gizi yang baik dapat menurunkan komplikasi dari terapi anti kanker dan membuat penderita merasa lebih baik. Dukungan nutrisi merupakan bagian yang penting dalam menunjang terapi penderita kanker.
PENYAKIT TERKAIT IMUN

DISUSUN OLEH :1.  R.SANDIANA R.S (1604015182)
  1.      INAYAH A.M (1604015192)

Sistem Kekebalan Tubuh Adalah Mekanisme Pertahanan Tubuh Dari Penyakit Dan Infeksi. Tentu, Sistem Kekebalan Tubuh Yang Tidak Berfungsi Dengan Baik Akan Menyumbang Daftar Panjang Pada Gangguan Sistem Kekebalan Tubuh.
Sistem Kekebalan Tubuh Adalah Mekanisme Yang Paling Kuat Dan Efisien Tubuh Untuk Mempertahankan Diri Melawan Segala Macam Bakteri Dan Parasit Yang Selalu Mengancam Setiap Saat. Sistem Kekebalan Tubuh Yang Menemukan Benda Yang Dianggap Asing Dalam Tubuh, Maka Ia Akan Mengambil Tindakan Untuk Menghancurkannya. Ada Beberapa Jenis Bakteri, Virus, Dan Benda Asing Berbahaya Lainnya Yang Berpotensi Menginfeksi Dalam Tubuh Manusia. Sistem Kekebalan Tubuh Kita Memproduksi Antibodi Khusus Untuk Setiap Jenis Mikro-Organisme. Jika Tidak Demikian, Kita Akan Semua Akan Menjadi Korban Dari Masalah Infeksi Yang Membahayakan Tubuh. Namun, Sistem Kekebalan Tubuh Yang Tidak Berfungsi Dengan Baik Justru Bisa Menjadi Malapetaka Di Dalam Tubuh, Yang Menyebabkan Sejumlah Besar Penyakit Dan Gangguan Kesehatan Lainnya.
 Penyakit Yang Menyerang Sistem Imunitas Tubuh Antara Lain :
1.      Gangguan Immunodeficiency
Ketika Bagian Dari Sistem Kekebalan Tubuh Tidak Bekerja Dengan Baik, Mungkin Memiliki Gangguan Immunodeficiency. Immunodeficiency Yang Akan Berhubungan Dengan Genetik Dan Hormonal Disebut Immunodeficiency Primer Dan Selain Itu Immunodeficiency Sekunder Sering Dijumpai Pada Beberapa Kondisi Medis Seperti Hiv.
Beberapa Penyakit Yang Disebabkan Oleh Immunodeficiency Primer Adalah Sebagai Berikut:
·         Scid Atau Bubble Boy Disease - Penyakit Kronis Ini Karena Sistem Kekebalan Tubuh Atas Kurangnya Sel B Dan Sel T Dalam Tubuh.
·         Sindrom Digeorge (Displasia Thymus) - Ini Adalah Cacat Di Mana Orang Dilahirkan Tanpa Kelenjar Timus.
·         Sindrom Chediak-Higashi Dan Penyakit Kronis Granulomatous - Ini Adalah Penyakit Yang Disebabkan Oleh Kelemahan Dan Kurangnya Tindakan Neutrofil.
Sementara Penyakit Yang Disebabkan Oleh Immunodeficiency Sekunder Sebagai Berikut:
·         Hiv (Human Immunodeficiency Virus) / Aids (Acquired Immune Deficiency Syndrome) . Ini Adalah Penyakit Yang Perlahan-Lahan Dan Memerangi Sistem Imun. Hiv Adalah Virus Yang Membunuh Sel-Sel T. Ketika Kekebalan Tubuh Menurun Maka Tubuh Tidak Mampu Melawan Berbagai Macam Infeksi Terinfeksi.
·         Immunodeficiency Ini Disebabkan Oleh Obat-Obatan, Seperti Yang Digunakan Dalam Kemoterapi Pengobatan Kanker . Sementara Kemoterapi Membunuh Sel-Sel Yang Menyebabkan Kanker, Tetapi Sel-Sel Sehat Juga Ikut Terpengaruh

2.      Gangguan Autoimun

                  Ini Adalah Penyakit Di Mana Sistem Kekebalan Tubuh Mengalami Kesalahan Mengidentifikasi Terhadap Penyakit Dan Mengira Bagian Tubuh Yang Sehat Sebagai Organisme Yang Buruk Penyebab Penyakit. Yang Disebabkan Oleh:

·         Lupus
Penyakit Lupus Adalah Salah Satu Bentuk Penyakit Autoimun, Artinya Sistem Kekabalan Tubuh (Imun) Malah Menyerang Sel-Sel, Jaringan Dan Organ Sehat Tubuh Itu Sendiri Yang Terjadi Terus Menerus Sehingga Menimbulkan Peradangan Kronis. Dengan Kata Lain Penyakit Lupus Diartikan Sebagai Penyakit Peradangan Kronis Autoimun. Peradangan Yang Disebabkan Oleh Lupus Dapat Mempengaruhi Banyak Sistem Tubuh Diantaranya: Sendi, Kulit, Ginjal, Sel Darah, Otak, Jantung Dan Paru-Paru Sehingga Menimbulkan Banyak Sekali Gejala Atau Manifestasi Klinis Yang Beragam.
·         Juvenile Rheumatoid Arthritis
Juvenil Rheumatoid Arthritis (Jra), Juga Dikenal Sebagai Juvenil Idiopatik Artrhitis, Adalah Jenis Yang Paling Umum Dari Artritis Pada Anak-Anak Di Bawah Usia 16 Tahun. Juvenil Rheumatoid Arthritis Menyebabkan Nyeri Sendi Yang Berlangsung Terus-Menerus, Pembengkakan Dan Kekakuan. Beberapa Anak Mungkin Mengalami Gejala Ini Hanya Selama Beberapa Bulan, Sementara Yang Lain Dapat Mengalami Gejala Ini Selama Sisa Hidup Mereka. Beberapa Jenis Rheumatoid Arthritis Dapat Menyebabkan Komplikasi Serius, Seperti Masalah Pertumbuhan Dan Radang Mata. Pengobatan Rheumatoid Arthritis Pada Remaja Berfokus Untuk Mengendalikan Rasa Nyeri, Meningkatkan Fungsi Dan Mencegah Kerusakan Sendi.
·         Juvenile On-Set Diabetes
Adalah Penyakit Yang Disebabkan Defisiensi Insulin Yang Absolut. Hal Itu Terjadi Karena Kerusakan Total Dari Sel Beta Pancreas Yang Merupakan Sel-Sel Penghasil Insulin,Penyakit Ini Terjadi Pada Orang Muda Dengan Usia Dibawah 30 Tahun Atau Bahkan Sejak Usia Anak-Anak Sehingga Disebut Juvenil Onset Diabetes Milletus.
·         Scleroderma
Scleroderma Adalah Sebuah Penyakit Autoimun Yang Ditandai Oleh Kulit Yang Mengeras. Istilah Scleroderma Berasal Dari Dua Kata Dalam Bahasa Yunani, Sclero (Keras) Dan Derma (Kulit). Scleroderma Adalah Penyakit Tidak Menular, Non-Kanker, Dan Tidak Menginfeksi.
·         Ankylosing Spondylitis
Ankylosing Spondylitis Adalah Kondisi Arhtritis Yang Menyakitkan. Sendi Pada Punggung Bagian Bawah Dapat Menyatu, Mengakibatkan Postur Membungkuk. Bagian Yang Paling Sering Terkena Adalah Punggung Bawah, Dada, Dan Leher. Bagian Sendi Lainnya Termasuk Pinggul, Bahu, Lutut, Dan Pergelangan Kaki.
·         Dermatomiositis Juvenile
Dermatomiositis Adalah Penyakit Otot Langka Yang Seringkali Didahului Dengan Timbulnya Bercak Pada Kulit. Dermatomiositis Akan Menyebabkan Otot Melemah Secara Keseluruhan Dan Dapat Menjadi Fatal Bagi Pasien Dewasa Karena Penyakit Ini Menyebabkan Komplikasi Seperti Kanker, Penyakit Paru, Pneumonia, Kekurangan Nutrisi, Dan Gagal Paru-Paru. Penyakit Ini Merupakan Bagian Dari Jenis Penyakit Otot Bernama Radang Miopati, Yang Meliputi Polimiositis, Dermatomiositis/Polimiositis Juvenile, Amyopathic Dermatomyositis, Dan Antisynthetase Syndrome.

3.      Gangguan Alergi

Ketika Reaksi Terlalu Kuat Dari Sistem Kekebalan Tubuh Untuk Alergen, Tubuh Menderita Alergi. Sistem Kekebalan Tubuh Menunjukkan Gejala Seperti Bersin, Konjungtivitis, Radang Bagian-Bagian Tertentu Dari Tubuh Dan, Dalam Beberapa Kasus, Anafilaksis .

Obat Antihistamin Untuk Alergi Sering Menyebabkan Alergi. Beberapa Contoh Dari Alergi Asma , Eksim, Reaksi Alergi Terhadap Makanan, Obat-Obatan, Pada Saat Itu, Dan Lingkungan (Misalnya Debu).

4. Kanker Pada Sistem Kekebalan Tubuh

      Infeksi Pada Sel-Sel Tulang, Dapat Menyebabkan Kanker. Limfoma Adalah Salah Satu Jenis Kanker Yang Umum Dalam Sistem Kekebalan Tubuh, Selain Itu Leukemia (Kanker Darah) Juga Untuk Orang-Orang Muda. 

DAFTAR PUSTAKA
Agus Bambang.1992.Pengendalian Hama dan Penyakit.Yogyakarta:Kanisius
Suharjo,dkk.2010.Vaksinisasi Cara Ampuh Cegah Penyakit dan Infeksi.Yogyakarta:Kanisius
Bratawidjaja, Karnen Garna.2009. Imunologi Dasar. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Buku Imunologi Dasar edisi ke-10 Karnen Garna Baratawidjaja Iris Rengganis (FKUI).
DAFTAR PUSTAKA
Brown EJ, Joiner KA, Frank MM. Complement. In fundamental immunology. 3rd edition. New York: Raven Press, l985; 645-68.
Bratawidjaja, K.G., 2004. Imunologi Dasar edisi ke-6. Fakultas Kedokteran UI. Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.Imunostimulan pedang Bermata Dua.BuletinIDAI No 25:2007
DAFTAR PUSTAKA
Wahab Samik Dan Madarina Julia. 2002. Sistem Imun,Imunitas & Penyakit Imun. Jakarta : Bumi Aksara



Design awesome banner
 ads like this one FREE at AdDesigner.com