TUGAS
IMUNNOLOGI
VAKSIN,SITOKIN,KOMPLEMEN,IMUNOTERAPI
DAN
PENYAKIT TERKAIT IMUN
KELOMPOK
3 :KELAS 2C
1.
IQLIMA RIANTY (1604015148)
2.
YANTI LILI FITRI ANGGRAENI(1604015153)
3.
EGO ANDRIANO (1604015172)
4.R.SANDIANA
RIZKI SAPUTRA (1604015182)
5.
INAYA AKMILATUL MAGHFIRAH (1604015192)
6.GRESELLA
SEPTIANI (1604015209)
7.
ANANDA SARAH AULIA (1604015231)
8.
INDAH SARI (1604015250)
9.
YAYAT NURHAYATI (1604015261)
10.
AMALIA RIANA (1604015262)
11.
SINTA DEVIANTI (1604015264)
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYA PROF.DR.HAMKA
JAKARTA 2016/2017
VAKSIN
Disusun Oleh :1. Yayat Nurhayati (1604015261)
2.
Ananda
Sarah Aullia (1604015231)
A. Vaksin
Vaksin adalah sediaan yang mengandung zat antigenik
yang mampu menimbulkan kekebalan aktif dan khas pada manusia. Vaksin dapat
dibuat dari bakteri, riketsia atau virus dan dapat berupa suspense organisme
hidup atau inaktif atau fraksifraksinya atau toksoid (Dirjen POM. 1995).
Vaksinasi sangat membantu untuk mencegah
penyakit-penyakit infeksi yang menular baik karena virus atau bakteri, misalnya
polio, campak, difteri, pertusis (batuk rejan), rubella (campak Jerman),
meningitis, tetanus, Haemophilus influenzae tipe b (Hib), hepatitis, dll.
Vaksin mengandung antigen yang sama atau bagian dari antigen yang menyebabkan
penyakit, tetapi antigen dalam vaksin adalah dalam keadaan sudah dibunuh atau
sangat lemah. Ketika mereka yang disuntikkan ke dalam jaringan lemak atau otot,
antigen vaksin tidak cukup kuat untuk menghasilkan gejala dan tanda-tanda
penyakit, tetapi cukup kuat bagi sistem imun untuk menghasilkan antibodi terhadap
mereka. Sel-sel memori yang menetap akan mencegah infeksi ulang ketika mereka
kembali lagi berhadapan dengan antigen penyebab penyakit yang sama di
waktu-waktu yang akan datang. Dengan demikian, melalui vaksinasi, anak-anak
mengembangkan kekebalan tubuh terhadap penyakit yang mestinya bisa dicegah.
Namun perlu juga diingat bahwa karena vaksin berupa antigen, walaupun sudah
dilemahkan, jika daya tahan anak atau host sedang lemah, mungkin bisa juga
menyebabkan penyakit. Karena itu pastikan anak/host dalam keadaan sehat ketika
akan divaksinasi. Jika sedang demam atau sakit, sebaiknya ditunda dulu untuk
imunisasi/vaksinasi.
B. Vaksin
Aktif dan Vaksin Pasif
a. Vaksin
Aktif
Vaksin
aktif adalah vaksin yang dengan sengaja memberikan paparan kepada tubuh dari
antigen yang berasal dari suatu patogen, dengan harapan tubuh akan membentuk
sistem kekebalan terhadap patogen tersebut. (Abbas et al, 2001 dan Grabenstein,
2006).
Pada
dasarnya vaksin (imunisasi aktif), dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu
(Suyitno, 2011) :
1. Live
Attenuated (bakteri atau virus hidup yang
dilemahkan).
Vaksin
hidup attenuated diproduksi di laboratorium dengan cara melakukan modifikasi
virus atau bakteri penyebab penyakit. Vaksin mikroorganisme yang dihasilkan
masih memiliki kemampuan untuk tumbuh menjadi banyak (replikasi) dan
menimbulkan kekebalan tetapi tidak menyebabkan penyakit.
2. Inactivated
(bakteri, virus atau komponennya yang dibuat tidak aktif).
Vaksin
Inactivated dapat terdiri atas seluruh tubuh virus atau bakteri, atau komponen
(fraksi) dari kedua organisme tersebut. Vaksin inactivated dihasilkan dengan
cara membiakkan bakteri atau virus dalam media pembiakan (persemaian), kemudian
dibuat tidak aktif (Inactivated dengan penanaman bahan kimia.
b. Vaksin
Pasif
Vaksin Pasif memberikan imunoglobulin
(kekebalan yang sudah jadi) kepada tubuh seseorang sehingga dapat memberikan
perlindungan dengan segera dan cepat yang seringkali dapat terhindar dari
kematian ( Abbas et al, 2001 dan Grabenstein, 2006).Imunisasi pasif dapat
terjadi secara alami atau didapat. Transfer imunitas pasif alami terjadi saat
ibu hamil memberikan antibodi tertentu ke janinnya melalui plasenta, terjadi
diakhir trimester pertama kehamilan, dan jenis antibodi yang disalurkan melalui
plasenta adalah immunoglobulin G (IgG). Transfer imunitas alami dapat terjadi
dari ibu ke bayi melalui ko lostrum (ASI), jenis yang ditransfer adalah
immunoglobulin A (IgA). Transfer imunitas pasif didapat terjadi saat seseorang
menerima plasma atau serum yang mengandung antibodi tertentu untuk menunjang
kekebalan tubuhnya (Hendrarto et al, 2011).
Jenis
imunisasi pasif atau seroterapi tergantung dari cara pemberian dan jenis
antibodi yang diinginkan, yaitu (Hendrarto dkk, 2011) :
1). Imunoglobulin yang diberikan secara
intramsuku lar (IG)
2). Imunoglobulin yang diberikan secara intravena
(IVIG)
3). Imunoglobulin spesifik (hyperimmune)
4). Plasma manusia
5). Antiserum (antibodi dari hewan)
c. Jenis
– Jenis Vaksin
· Vaksin Toksoid
Vaksin yang dibuat dari
beberapa jenis bakteri yang menimbulkan penyakit dengan memasukkan racun
dilemahkan ke dalam aliran darah.Bahan bersifat imunogenik yang dibuat dari
toksin kuman.Hasil pembuatan bahan toksoid yang jadi disebut sebagai natural
fluid plain toxoid yang mampu merangsang terbentuknya antibodi
antitoksin.Imunisasi bakteri toksoid efektif selama satu tahun. Contoh :Vaksin Difteri dan Tetanus.
·
Vaksin
Idiotipe
Vaksin yang
dibuat berdasarkan sifat bahwa Fab (fragment antigen binding) dari antibodi
yang dihasilkan oleh tiap klon sel B mengandung asam amino yang disebut sebagai
idiotipe atau determinan idiotipe yang dapat bertindak sebagai antigen.Vaksin
ini dapat menghambat pertumbuhan virus melalui netralisasai dan pemblokiran
terhadap reseptor pre sel B.
·
Vaksin
Rekombinan
Vaksin rekombinan
memungkinkan produksi protein virus dalam jumlah besar. Gen virus yang
diinginkan diekspresikan dalam sel prokariot atau eukariot. Sistem ekspresi
eukariot meliputi sel bakteri E.coli, yeast, dan baculovirus.Dengan teknologi
DNA rekombinan selain dihasilkan vaksin protein juga dihasilkan vaksin DNA.
Penggunaan virus sebagai vektor untuk membawa gen sebagai antigen pelindung
dari virus lainnya, misalnya gen untuk antigen dari berbagai virus disatukan ke
dalam genom dari virus vaksinia dan imunisasi hewan dengan vaksin bervektor ini
menghasilkan respon antibodi yang baik. Susunan vaksin ini (misal hepatitis B)
memerlukan-epitop organisme yang patogen. Sintesis dari antigen vaksin tersebut
melalui isolasi dan penentuan kode gen epitop bagi sel penerima vaksin.
·
Vaksin DNA (Plasmid DNA Vaccines)
Vaksin dengan
pendekatan baru dalam teknologi vaksin yang memiliki potensi dalam menginduksi
imunitas seluler. Dalam vaksin DNA gen tertentu dari mikroba diklon ke dalam
suatu plasmid bakteri yang direkayasa untuk meningkatkan ekspresi gen yang
diinsersikan ke dalam sel mamalia. Setelah disuntikkan DNA plasmid akan menetap
dalam nukleus sebagai episom, tidak berintegrasi kedalam DNA sel (kromosom),
selanjutnya mensintesis antigen yang dikodenya. Selain itu vektor plasmid
mengandung sekuens nukleotida yang bersifat imunostimulan yang akan menginduksi
imunitas seluler. Vaksin ini berdasarkan isolasi DNA mikroba yang mengandung
kode antigen yang patogen dan saat ini sedang dalam perkembangan penelitian.
Hasil akhir penelitian pada binatang
percobaan menunjukkan bahwa vaksin DNA (virus dan bakteri) merangsang respon
humoral dan selular yang cukup kuat,sedangkan penelitian klinis pada manusia
saat ini sedang dilakukan.
·
Vaksin
Acellular dan Subunit
Vaksin
yang dibuat dari bagian tertentu dalam virus atau bakteri dengan melakukan
kloning dari gen virus atau bakteri melalui rekombinasi DNA, vaksin vektor
virus dan vaksin antiidiotipe.Contoh:Vaksin Hepatitis B, Vaksin Hemofilus
Influenza tipe b (Hib) dan Vaksin Influenza.
·
Vaksin
Hepatitis B
Vaksin Hepatitis
B dapat mencegah penyakit Hepatitis B dan berbagai komplikasinya yang serius
yaitu sirosis dan kanker.Vaksinasi Hepatitis B dibuat dari bagian virus, bukan
seluruh virus tersebut sehingga vaksin hepatitis tidak dapat menimbulkan
penyakit hepatitis. Vaksin Hepatitis B diberikan 4 serial, pemberian serial ini
memberikan efek proteksi jangka panjang bahkan seumur hidup.
·
Vaksin
Pneumokokus
Persatuan
kesehatan sedunia menempatkan penyakit Pneumokokus yaitu penyakit yang dapat
dicegah dengan vaksin sebagai penyebab no.1 kematian anak-anak di bawah umur 5
tahun di seluruh dunia. Bakteri Pneumonia (Pneumokokus) dapat menyebabkan
penyakit Pneumokokus. Biasanya ditemukan di dalam saluran pernafasan anak-anak
yang disebarkan melalui batuk atau bersin.Kini terdapat lebih dari 90 jenis
Pneumokokus yang diketahui, namun hanya lebih kurang 10% yang bisa menyebabkan
penyakit yang serius di seluruh dunia. Jenis 19A adalah bakteri yang muncul di
dunia dan dapat menyebabkan penyakit pneumokokus yang sangat serius dan
resisten terhadap antibiotik.
d. Jenis
dan Manfaat Vaksin Program Imunisasi di Indonesia
1. Vaksin Hepatitis B
, untuk mencegah penyakit Hepatitis B
2. Vaksin Polio,
untuk mencegah penyakit Polio
3. Vaksin DPT-HB,
untuk mencegah penyakit Difteri, Pertusis, Tetanus dan Hepatitis B
4. Vaksin DT,
untuk mencegah penyakit Difteri dan Tetanus
5. Vaksin TT,
untuk mencegah penyakit Tetanus
6. Vaksin Campak,
untuk mencegah penyakit Campak
7. Vaksin Td,
untuk mencegah penyakit Tetanus dan Difteri
SITOKIN
Disusun oleh :1. Indah Sari (1604015250)
2.
Iqlima Rianty (1604015148)
Sitokin dapat memberikan efek langsung
dan tidak langsung:
·
Efek
Langsung
a. Lebih
dari stu efek terhadap berbagai jenis sel ( pleitropi )
b. Autoregulasi ( fungsi autokrin )
c. Terhadap
sel yang letaknya tidak jauh ( fungsi parakin ).
·
Efek
Tidak Langsung
a. Menginduksi
ekspresi reseptor untuk sitokin lain atau bekerja sama dengan sitokin lain
dalam merangsang sel ( sinergisme)
b. Mencegah
ekspresi reseptor atau produksi sitokin ( antagonisme ).
Mekanisme kerja sitokin
Mekanisme kerja sitokin dalam jaringan yang berbeda
bergantung pada keadaan fisiologis. Keberadaan sitokin sama dengan hormone yang
lain yaitu terdapat dalam konsentrasi rendah.
Sitokin mendorong pembelahan sel dalam biakan
jaringan dengan cara meningkatkan peralihan dari G2 ( fase istirahat )ke
mitosin. Hal tersebut terjadi karena sitokinin menaikkan laju sintesis protein
yang dibutuhkan untuk mitosis. Sintesis protein dapat diingatkan dengan cara
memacu pembentukan RNA kurir (RNA yang mengkode sistesis protein tertentu ).
Kajian terhadap pembelahan sel yang diaktifkan oleh
sitokinin di meristem apical diperoleh bukti bahwa benziladenin dapat
mempersingkat laju berlangsungnya fase S dalam daur sel ( dari G2 ke mitosis )
dan bahwa hal tersebut terjadi karena sitokinin menaikan laju sintesis protein.
Beberapa protein itu berupa protein pembangun atau enzim yang dibutuhkan untuk
mitosis. Diduga protein tersebut memacu pembelahan sel secara langsung dengan
cara mengendalikan sintesis DNA.
KOMPLEMEN (JALUR AKTIVASI)
DISUSUN
OLEH :1. EGO ANDRIANO (1604015172)
Komplemen
adalah kumpulan sembilan protein plasma (C1-C9) bukan antibodi yang diperlukan
pada reaksi antigen-antibodi sehingga terjadi kerusakan jaringan atau kematian
mikroba serta lisis sel.
Aktivasi komplemen menghasilkan sejumlah molekeul
efektor antara lain anafilaktoisisin, adherens imun, opsonin, dan membrane
attack complex yang mempunyai efek biologi.
AKTIVASI KOMPLEMEN
Ada 3 aktivator yang berbeda yang mendeteksi kuman
dan mengaktifkan C3 yang merupakan komplemen kunci. Sistem komplemen mengandung
lebih dari 18 macam protein. Protein-protein ini bertindak dalam suatu kaskade,
dimana satu protein mengaktifkan protein berikutnya. Sistem komplemen bisa
diaktifkan melalui 2 cara yang berbeda.
a.
Sistem
komplemen dapat diaktifkan melalui dua jalur, yaitu jalur klasik dan jalur
alternatif. Aktivasi tersebut melalui suatu proses enzimatik yang terjadi
secara berantai, berarti produk yang timbul pada satu reaksi akan merupakan
enzim untuk reaksi berikutnya. Caranya ialah dengan dilepaskannya sebagian atau
mengubah bangunan kompleks protein tersebut (pro enzim) yang tidak aktif
menjadi bentuk aktif (enzim). Satu molekul enzim yang aktif mampu
mengakibatkan banyak molekul komplemen berikutnya. Cara kerja semacam ini
disebut the one hit theory.
b.
Secara
garis besar aktivasi komplemen baik melalui jalur klasik maupun jalur
alternatif terdiri atas tiga mekanisme,
a) pengenalan dan pencetusan
b) penguatan (amplifikasi)
c) pengakhiran
kerja berantai dan terjadinya lisis serta penghancuran membran sel (mekanisme terakhir ini seringkali juga
disebut kompleks serangan membran)
c.
Aktivasi
jalur klasik dicetuskan dengan berikatannya C1 dan kompleks antigen-antibodi,
sedangkan aktivasi jalur alternatif dimulai dengan adanya ikatan antara C3b
dengan berbagai zat aktivator seperti dinding sel bakteri. Kedua jalur bertemu
dan memacu terbentuknya jalur serangan membran yang akan mengkibatkan lisisinya
dinding sel antigen.
A.
Aktivasi Komplemen Jalur Klasik
Seperti telah dibutkan diatas,
aktivasi komplemen melalui jalur klasik atau disebut pula jalur intrinsik,
dibagi menjadi 3 tahap.
v Regulasi jalur
klasik Regulasi
jalur klasik terutama terjadi melalui 2 fase, yaitu melalui aktivitas C1
inhibitor dan penghambatan C3 konvertase.
·
Aktivitas C1 inhibitor. Aktivitas proteolitik C1 dihambat
oleh C1 inhibitor (C1 INH). Sebagian besar C1 dalam peredaran darah terikat
pada C1 INH. Ikatan antara C1 dengan kompleks antigen-antibodi akan melepaskan
C1 dari hambatan C1 INH.
·
Penghambatan C3
konvertase Pembentukan
C3 konvertase dihambat oleh beberapa regulator.
C4 binding protein (C4bp) dan
reseptor komplemen tipe 1 (CR1) dapat berikatan dengan C4b sehingga mencegah
terbentuknya C4b2b (C3 konvertase). Disamping itu kedua reseptor ini bersama
dengan membrane cofaktor protein (MCP) juga dapat meningkatkan
potensi faktor I dalam merusak C4b.
Decay accelerating faktor (DAF) dapat berikatan dengan C4b
sehingga mencegah terbentulmya C4b2b.
B.
Aktivasi Komplemen Jalur Alternatif
Aktivasi jalur alternatif atau
disebut pula jalur properdin, terjadi tanpa melalui tiga reaksi pertama yang
terdapat pada jalur klasik (C1 ,C4 dan C2) dan juga tidak memerlukan antibodi
IgG dan IgM. Pada keadaan normal ikatan tioester pada C3
diaktifkan terus menerus dalam
jumlah yang sedikit baik melalui reaksi dengan H2O2 ataupun dengan sisa enzim
proteolitik yang terdapat sedikit di dalam plasma. Komplemen C3 dipecah menjadi
frclgmen C3a dan C3b. Fragmen C3b bersama dengan ion Mg++ dan faktor
B membentuk C3bB. Fragmen C3bB diaktifkan oleh faktor D menjadi C3bBb yang
aktif (C3 konvertase) (Lihat Gambar 5-2). Pada keadaan normal reaksi ini berjalan
terus dalam jumlah kecil sehingga tidak terjadi aktivasi komplemen selanjutnya.
Lagi pula C3b dapat diinaktivasi oleh faktor H dan faktor I menjadi iC3b, dan
selanjutnya dengan pengaruh tripsin zat yang sudah tidak aktif ini dapat
dilarutkan dalam plasma (lihat Gambar 5-3 ) .
Tetapi bila pada suatu saat ada
bahan atau zat yang dapat mengikat dan melindurlgi C3b dan menstabilkan C3bBb
sehingga jumlahnya menjadi banyak, maka C3b yang terbentuk dari pemecahan C3
menjadi banyak pula, dan terjadilah aktivasi komplemen selanjutnya. Bahan atau
zat tersebut dapat berupa mikroorganisme, polisakarida (endotoksin, zimosan),
dan bisa ular. Aktivasi komplemen melalui cara ini dinamakan aktivasi jalur
alternatif. Antibodi yang tidak dapat mengaktivasi jalur klasik misalnya IgG4,
IgA2 dan IgE juga dapat mengaktifkan komplemen melalui jalur alternatif.
Jalur alternatif mulai dapat
diaktifkan bila molekul C3b menempel pada sel sasaran. Dengan menempelnya C3b
pada permukaan sel sasaran tersebut, maka aktivasi jalur alternatif dimulai;
enzim pada permukaan C3Bb akan lebih diaktifkan, untuk selanjutnya akan
mengaktifkan C3 dalam jumlah yang besar dan akan menghasilkan C3a dan C3b dalam
jumlah yang besar pula. Pada reaksi awal ini suatu protein lain, properdin
dapat ikut beraksi menstabilkan C3Bb; oleh karena itu seringkali jalur ini juga
disebut sebagai jalur properdin. Juga oleh proses aktivasi ini C3b akan
terlindungi dari proses penghancuran oleh faktor H dan faktor I.
Tahap akhir jalur alternatif adalah
aktivasi yang terjadi setelah lingkaran aktivasi C3. C3b yang dihasilkan dalam
jumlah besar akan berikatan pada permukaan membran sel. Komplemen C5 akan
berikatan dengan C3b yang berada pada permukaan membran sel dan selanjutnya
oleh fragmen C3bBb yang aktif akan dipecah menjadi C5a dan C5b. Reaksi
selanjutnya seperti yang terjadi pada jalur altematif (kompleks serangan
membran).
IMUNORESTORASI
DISUSUN
OLEH
:1. GRASELLA
SEPRIANI (1604015209)
Imunorestorasi Ialah Suatu Cara Untuk Mengembalikan
Fungsi Sistem Imun Yang Terganggu Dengan Memberikan Berbagai Komponen Sistem
Imun, Seperti: Immunoglobulin Dalam Bentuk Immune Serum Globulin (ISG),
Hyperimmune Serum Globulin (HSG), Plasma, Plasmapheresis, Leukopheresis,
Transplantasi Sumsum Tulang, Hati Dan Timus.
Imunorestorasi Merupakan Suatu Upaya Memperbaiki
Sistem Imun Yang Terganggu Dengan Cara Memberikan Komponen Sistem Imun,
Misalnya Memberikan Immunoglobulin, Plasma Darah, Pencangkokan Sumsum Tulang
Dan Lain-Lain.
Imunorestorasi Ialah Suatu Cara Untuk Mengembalikan
Fungsi Sistem Imun Yang Terganggu Dengan Memberikan Berbagai Komponen Sistem
Imun.
1. Immune
Serum Globulin (ISG) Dan Hyperimmune Serum Globulin (HSG)
Diberikan Untuk Memperbaiki Fungsi Sistem Imun Pada Penderita Dengan Defisiensi Imun Humoral, Baik Primer Maupun Sekunder. ISG Dapat Diberikan Secara Intravena Dengan Aman. Defisiensi Imunoglobulin Sekunder Dapat Terjadi Bila Tubuh Kehilangan Ig Dalam Jumlah Besar, Misalnya Pada Sindrom Nefrotik, Limfangiektasi Intestinal, Dermatitis Eksfoliatif Dan Luka Bakar.
Diberikan Untuk Memperbaiki Fungsi Sistem Imun Pada Penderita Dengan Defisiensi Imun Humoral, Baik Primer Maupun Sekunder. ISG Dapat Diberikan Secara Intravena Dengan Aman. Defisiensi Imunoglobulin Sekunder Dapat Terjadi Bila Tubuh Kehilangan Ig Dalam Jumlah Besar, Misalnya Pada Sindrom Nefrotik, Limfangiektasi Intestinal, Dermatitis Eksfoliatif Dan Luka Bakar.
Keuntungan:
Pemberian Vaksin ISG Merupakan Pencegahan Hepatitis
A
Dapat Memperbaiki Fungsi Sistem Imun.
Dapat Memperbaiki Fungsi Sistem Imun.
SG Dapat Diberikan Secara Intravena Dengan Aman.
Kerugian :
Menggigil,Muntah,Mual.Pusing,Sakit Otot Yang Ringan
2. Plasma
Infus Plasma Segar Telah Diberikan Sejak Tahun 1960
Dalam Usaha Memperbaiki Sistem Imun. Darah Cair Atau Plasma Darah Adalah Cairan
Darah Berbentuk Butiran-Butiran Darah. Di Dalamnya Terkandung Benang-Benang
Fibrin / Fibrinogen Yang Berguna Untuk Menutup Luka Yang Terbuka.
Keuntungan:
Pemberian Plasma Adalah Semua Jenis Imunoglobulin
Dapat Diberikan Dalam Jumlah Besar Tanpa Menimbulkan Rasa Sakit.
Kerugian :
Bahwa Transfusi Ini Tidak Dapat Mengatasi Anemia.
Berefek Samping Dapat Terjadi Penularan Virus Dan Reaksi Anafilaksis
Berefek Samping Dapat Terjadi Penularan Virus Dan Reaksi Anafilaksis
3. Plasmapheresis
Plasmapheresis (Pemisahan Sel Darah Dari Plasma)
Digunakan Untuk Memisahkan Plasma Yang Mengandung Banyak Antibodi Yang Merusak
Jaringan Atau Sel, Seperti Pada Penyakit: Miastenia Gravis, Sindroma
Goodpasture Dan Anemia Hemolitik Autoimun.
Keuntungan :
Plasmapheresis Digunakan Untuk Mengobati Penderita
Sindrom Goodpasture.Plasmapheresis Dianjurkan Untuk Pasien Dengan Kelemahan
Sedang Hingga Berat (Didefinisikan Sebagai Kemampuan Berjalan Dengan Bantuan
Atau Tidak Mampu Berjalan Sama Sekali).Memperbaiki Status Fungsional Baik
Jangka Pendek Maupun 1 Tahun.
Kerugian :
· Biaya
Plasmapheresis Cukup Mahal
· Relaps
Terjadi Pada 10% Pasien Dalam Kurun Waktu 3 Minggu Pasca-Terapi.
4. Leukopheresis
Pemisahan Leukosit Secara Selektif Dari Penderita
Telah Dilakukan Dalam Usaha Terapi Artritis Reumatoid Yang Tidak Baik Dengan
Cara-Cara Yang Sudah Ada.
Keuntungan :
· Leukosit
Bertambah Banyak Sehingga Membantu Bila Ada Penyembuhan Luka.
Kerugian :
Bila Pemisahan Leukosit Berlebih Maka Leukosit
Didalam Darah Akan Meningkat Apabila Leukosit Terlalu Banyak Akan Menyebabkan
Leukimia.
5. Transplantasi Sumsum Tulang, Jaringan Hati,
Timus
Sumsum Tulang Adalah Jaringan Lunak Yang Ditemukan
Pada Rongga Interior Tulang Yang Merupakan Tempat Produksi Sebagian Besar Sel
Darah Baru
Transplantasi Sumsum Tulang Merupakan Prosedur
Dimana Sumsum Tulang Yang Rusak Digantikan Dengan Sumsum Tulang Yang Sehat
A. Timus
Adalah Kelenjar Yang Berada Di Sekitar Dada Yang Membantu Mengembangkan Sistem
Kekebalan Tubuh.
B. Timus
Penting Peranannya Dalam Sistem Imun Spesifik Seluler, Karena Di Dalam Timus
Terjadi Diferensiasi Dan Proliferasi Dari Sel T Atau Limfosit T. Dengan
Demikian Involusi Dari Kelenjar Timus Akan Menyebabkan Penurunan Dari Sel T,
Diantaranya Adalah Sel T CD4+
Keuntungan :
· Berguna
Untuk Mengganti Sel-Sel Darah Yang Rusak Karena Kanker.
·
Ditransplantasikan
Dapat Mengembalikan Kemampuan Memproduksi Sel-Sel Darah Yang Pasien Perlukan.
·
Transplantasi
Sumsum Tulang Mungkin Merupakan Pengobatan Yang Efektif Pada Beberapa Keadaan.
Pengangkatan Kelenjar Timus TIDAK
Meningkatkan Kemungkinan Berkembangnya Penyakit Autoimun.
IMUNUSUPRESAN
DISUSUN OLEH :1.
AMALIA RIANA (1604015262)
1. Pengertian
Imunosupresan
Imunosupresan Adalah Kelompok Obat
Yang Digunakan Untuk Menekan Respon Imun Seperti Pencegah Penolakan
Transpalansi, Mengatasi Penyakit Autoimun Dan Mencegah Hemolisis Rhesus Dan
Neonatus. Sebagain Dari Kelompok Ini Bersifat Sitotokis Dan Digunakan Sebagai
Antikanker. Immunosupresan Merupakan Zat-Zat Yang Justru Menekan Aktivitas
Sistem Imun Dengan Jalan Interaksi Di Berbagai Titik Dari Sistem Tersebut.
Titik Kerjanya Dalam Proses-Imun Dapat Berupa Penghambatan Transkripsi Dari
Cytokin, Sehingga Mata Rantai Penting Dalam Respon-Imun Diperlemah. Khususnya
Il-2 Adalah Esensial Bagi Perbanyakan Dan Diferensial Limfosit, Yang Dapat
Dihambat Pula Oleh Efek Sitostatis Langsung. Lagi Pula T-Cells Bisa Diinaktifkan
Atau Dimusnahkan Dengan Pembentukan Antibodies Terhadap Limfosit.
Imunosupresan Digunakan Untuk Tiga
Indikasi Utama Yaitu, Transplanatasi Organ, Penyakit Autoimun, Dan Pencegahan
Hemolisis Rhesus Pada Neonatus.
2. Mekanisme Kerja
Dan Pilahan Obat Imunosupresan
Kerja Obat Imunosupresan
Berdasarkan Penghambatan/Supresi Reaksi Umum Secara Dini. Pada Gambar 48-3 Menunjukkan Tempat Kerja
Obat Imunosupresan Dalam Mengatasi
Selain Dengan Obat, Imunosupresi Dapat Juga Diperoleh Dengan
Memanipulasi Jumlah Ag Dan Ab Dalam Tubuh.
Penggunaan Imunosupresan Bertujuan Untuk Mendapatkan Toleransi Spesifik
(Terarah), Yaitu Toleransi Terhadap Suatu Antigen Tertentu Saja. Alasan Dikehendakinya Suatu Toleransi
Spesifik, Dan Bukan Umum, Ialah Karena Toleransi Umum Dapat Membahayakan
Individunya; Khusunya Memudahkan Timbulnya Penyakit Infeksi Berat. Tetapi Sayangnya Toleransi Spesifik
Seringkali Sulit Dicapai. Perlu
Dimengerti Bahwa Bila Ag Masih Terdapat Dalam Tubuh, Reaksi Imunologik Akan
Muncul Kembali Dengan Penghentian Pemberian Imunosupresan.
Efek Imunosupresi Dapat Dicapai
Dengan Salah Satu Cara Berikut: (1) Menghambat Proses Fagositosis Dan
Pengolahan Ag Menjadi Ag Imunogenik Oleh Makrofag; (2) Menghambat Pengenalan Ag
Oleh Sel Limfoid Imunokompeten; (3) Merusak Sel Limfoid Imunokompeten; (4)
Menekan Diferensiasi Dan Proliferasi Sel Imunokompeten, Sehingga Tidak
Terbentuk Sel Plasma Penghasil Ab, Atau Sel T Yang Tersensitisasi Untuk Respons
Imun Selular; Dan (5) Menghentikan Produksi Ab Oleh Sel Plasma, Serta
Melenyapkan Sel T Yang Tersensitisasi Yang Telah Terbentuk. Beberapa Imunosupresan Mempengaruhi Berbagai
Reaksi Respons Imun, Umpamanya Reaksi Inflamasi.
Secara Praktis, Di Klinik
Penggunaan Obat Imunosupresan Berdasarkan Waktu Pemberiannya. Untuk Itu Respons Imun Dibagi Dalam Dua
Fase. Fase Pertama Adalah Fase Induksi,
Yang Meliputi: (1) Fase Pengolahan Ag Oleh Makrofag, Dan Pengenalan Ag Oleh
Limfosit Imunokompeten; (2) Fase Proliferasi Dan Diferensiasi Sel B Dan Sel T,
Masing-Masing Untuk Respons Imun Humoral Dan Selular. Fase Kedua: Fase Produksi, Yaitu Fase
Sintesis Aktif Ab Dan Limfokin.
Berdasarkan Fase-Fase Tersebut Di
Atas, Imunosupresan Dibagi Dalam Tiga Kelas.
Imunosupresan Kelas I Harus Diberikan Sebelum Fase Induksi, Yaitu
Sebelum Terjadi Perangsangan Oleh Ag.
Jadi Kerjanya Adalah Merusak Limfosit Imunokompeten (Limfolitik). Contohnya: Alkilator Radiomimetic Dan
Kortikosteroid (Sinar X Juga Bekerja Pada Fase Ini). Jika Diberikan Setelah Terjadi Perangsangan
Oleh Ag, Biasanya Tidak Diperoleh Efek Imunosupresif Sehingga Respons Imun
Dapat Berlanjut Terus.
Imunosupresan Kelas Ii Adalah Yang
Harus Diberikan Dalam Fase Induksi; Biasanya Satu Atau Dua Hari Setelah
Perangsangan Oleh Ag Berlangsung. Obat
Golongan Ini Bekerja Menghambat Proses Diferensiasi Dan Proliferasi Sel
Imunokompeten, Misalnya Antimetabolit.
Jika Diberikan Sebelum Adanya Perangsangan Oleh Ag, Umumnya Tidak
Memperlihatkan Efek Imunosupresif; Malahan Sebaliknya, Beberapa Obat Tersebut
Justru Dapat Meningkatkan Respons Imun, Umpamanya Azatioprin Dan
Metotreksat. Bagaimana Mekanisme
Terjadinya Hal Yang Disebut Belakangan Belum Diketahui Dengan Pasti.
Imunosupresan Kelas Iii Memiliki
Sifat Imunosupresan Kelas I Maupun Kelas Ii.
Jadi Golongan Ini Dapat Menghasilkan Imunosupresi Bila Diberikan Sebelum
Maupun Sesudah Adanya Perangsangan Oleh Ag.
Pilahan Imunosupresan Dapat Dilihat Dalam Tabel Di Bawah Ini.
Kelas
I
|
Kelas
Ii
|
Kelas
Iii
|
Busulfan
L-Melfalan
D-Melfalan
Glukokortikoid:
D. Prednison
E. Prednisolon
F. Glukokortikoid
Lainnya
Mitomisin
C
Kolkisin
Fitohemaglutinin
Sinar-X
|
Klorambusil
Metotreksat
Azatioprin
6-Merkaptopurin
(6-Mp)
Sitarabin
(Ara-C)
5-Bromo-Deoksiuridin
(5-Budr)
5-Fluoro-Deoksiuridin
(5-Fudr)
5-Fluorourasil
(5-Fu)
Vinblastin
(Vbl)
Vinkristin
(Vcr)
Siklosporin*
|
Siklofosfamid
Prokarbazin
|
*Paling Efektif Bila Diberikan Bersamaan Dengan Antigen
Dari Obat Yang Tertera Dalam Tabel
Tersebut Hanya Beberapa Saja Yang Telah Lazim Digunakan Sebagai Imunosupresan,
Yaitu: (1) Alkilator: Siklofosfamid Dan Klorambusil; (2) Antimetabolit:
Aztioprin Dan 6-Merkaptopurin (Analog Purin), Metotreksat (Analog Folat); (3)
Kortikosteroid: Prednisolon, Prednison; Dan (4) Siklosporin.
Obat Yang Digunakan Sebagai
Imunosupresan Sebagian Besar Termasuk Dalam Golongan Obat Kelas Ii, Contohnya
Azatioprin, 6-Merkaptopurin, Klorambusil Dan Metotreksat. Efek Utama Obat Kelompok Ini Ialah
Menghancurkan Sel Yang Sedang Berproliferasi, Maka Tahap Proliferasi Dan
Diferensiasi Umumnya Merupakan Fase Yang Lebih Sensitif Daripada Tahap
Lainnya. Obat-Obat Ini Paling Efektif
Diberikan Beberapa Hari Setelah Berlangsungnya Stimulasi Ag Yaitu Pada Periode
Dengan Sensitivitas Maksimal.
Imunosupresan Kelas Iii Yang Telah
Banyak Digunakan Sampai Kini Hanyalah Sikolofosfamid. Efek Imunosupresif Dapat Diperoleh Bila
Diberikan Sebelum Maupun Sesudah Berlangsungnya Stimulasi Ag, Tetapi Efek Ini
Terkuat Pada Pemberian Beberapa Hari Setelah Stimulasi Ag Berlangsung.
Golongan Imunosupresan Kelas I Yang
Telah Digunakan Sampai Kini Hanyalah Glukokortikoid, Khususnya Prednisolon Dan
Prednison.
IMUNOSTIMULAN
Disusun : 1. Yanti Lili
Fitri Anggraeni(1604015154)
Imunostimulan adalah senyawa tertentu yang dapat
meningkatkan mekanisme pertahanan tubuh baik secara spesifik maupun non
spesifik, mekanisme pertahanan seluler maupun humoral. Pertahanan non spesifik
terhadap antigen ini disebut paraimunitas. Indikataor semacam ini biasanya
tidak atau sedikit sekali kerja antigennya,akan tetapi sebagian besar bekerja
sebagai mitogen yaitu meningkatkan proliferasi sel yang berperan pada imunitas.
Sel tujuan adalah Makrofag, granulosit, limposit T dan B,karena indicator
pramunitas ini bekerja menstimulasi mekanisme pertahanan seluler.Mitogen ini
dapat bekerja langsung maupun tidak langsung untuk meningkatakan fagositas
mikro dan makro.
Imustimulan dijuluki untuk perbaikan fungsi imun
pada kondisi imunosupresi,yaitu kelompok yang mempengaruhi respon imunitas
seluler dan humoral.
Contoh
penyakit Imunostimulan adalah AIDS
Acquired Immune Deficiency Syndrome
(disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau Sindrom)
yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV
atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya SIV,FIV
dan lain-lain).Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus
(atau disingkat HIV)
yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena
virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik
ataupun mudah terkena tumor.
Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus,
namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan
melalui kontak langsung antara lapisan
kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah,
dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah air mani, cairan vagina,
cairan preseminal, dan air susu ibu, Penularan dapat terjadi melalui hubungan
intim(vaginal ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik,yang terkontaminasi,
antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk
kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Cara
terapi pada penderita AIDS
Pada dasarnya hingga saat ini belum ditemukan obat untuk AIDS. Hanya saja
beberapa jenis obat bisa diberikan oleh dokter untuk meningkatkan kehidupan
penderita, memperpanjang kesempatan hidup, dan mengurangi resiko penyebaran
AIDS. Dokter yang merawat penderita HIV pada tahap awal bisa memberikan obat
anti HIV dan obat oral jangka panjang.
Pemberian obat antiretroviral biasanya akan diberikan kepada pasien yang
masuk dalam tahap awal infeksi HIV. Dosis untuk pengobatan HIV dan AIDS
biasanya sudah diatur oleh dokter dan harus dilakukan oleh penderita seumur
hidup.
Banyak penderita HIV yang meninggalkan pengobatan melalui pil atau obat
oral karena efek yang tidak nyaman untuk tubuh seperti diare terus menerus,
mual, muntah, masalah kulit dan depresi.
IMUNONUTRIAN
DALAM IMUNOTERAPI
DISUSUN OLEH
:1. SINTA
DEVIANTI (1604015264)
A.
Definisi Imunonutrien
Imunonutrien
adalah pemberian nutrien spesifik yang bertujuan memodulasi fungsi imunologi
tubuh. Konsep
di balik formula ini adalah untuk melindungi dan merangsang sistem kekebalan
tubuh dengan tujuan mengurangi komplikasi infeksi.
Nutrien yang telah diidentifikasi sebagai
imunonutrien adalah sebagai berikut :
·
Glutamin.
·
Arginin.
·
N-acetylcysteine(as acysteine precursor).
·
Asam amino rantai cabang.
·
Nukleotida.
·
Asam lemak Ω-3 rantai panjang
·
Vitamin antioksidan
·
Trace element, selenium
·
Taurin
B.
Contoh Penyakit dan Pemberiannya
Salah satu
penyakit yang membutuhkan pemberian nutrien spesifik untuk imunologi tubuh adalah Penyakit Kanker.
1.Nutrisi Pada Penderita Kanker
kanker
terjadi akibat perubahan sel yang melepaskan diri dari mekanisme pengaruh
normal. Kanker sendiri merupakan istilah yang menggambarkan keadaan penyakit
yang ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak terkendali secara normal yaitu
multifikasi dan menyebar. Multifikasi sel merupakan keadaan normal pada masa
pertumbuhan atau proses regenerasi. Akan tetapi bila faktor yang mengontrol
pembelaan sel tidak lagi berfungsi dengan normal maka keadaan ini yang disebut
penyakit kanker.
Pada
penderita kanker biasanya mengalami penurunan nafsu makan sehingga banyaknya
nutrisi yang di butuhkan tubuh berkurang yang membuat terjadinya penurunan
berat badan. Sehingga dalam hal ini sangat diperlukannya pemberian nutrien spesifik dalam tubuh
penderita untuk imunologi tubuh.
2. Terapi
nutrisi pada penderita kanker
Kebutuhan
nutrisi penderita kanker sangat individual dan berubah-ubah dari waktu ke waktu
selama perjalanan penyakit serta tergantung dari terapi yang di jalankan.
Kebutuhan energi dan protein penderita kanker belum ada kesepakatan. Secara
umum dianjurkan kebutuhan kalori 25-23 kal/kg BB/hari, protein 1-1,5 gr/kg BB.
Terutama bagi yang tidak dapat mengkonsumsi gizi seimbang.
3. Cara
Pemberian
Ø Melalui
Mulut/ Peroral
Pemberian
melalui mulut merupakan cara yang paling disukai. Namun pada penderita kanker
yang mengalami anoreksia dan perubahan rasa kecap maka pemberian makanan
peroral menjadi masalah dan perlu mendapatkan perhatian khusus.
Ø Nutrisi
enteral/ Melalu Pipa
Bila
pemberian makanan melalui mulut tidak dapat diterima maka dipertimbangkan
pemberian makan dengan cara lain. Yaitu dengan melalui pipa. Biasanya lebih
sering pipa dimasukan melalui hidung
karna lebih mudah. Selain itu pipa dapat juga bermuara di lambung maupun usus
halus tergantung lokasi tumor.
Ø Nutrisi
Parenteral
Pemberian
nutrisi parenteral mempunyai resiko tetapi pada keadaan tertentu cara ini perlu
dipertimbangkan. Misalnya pada penderita kanker dengan gangguan fungsi saluran
cerna, operasi pemotongan usus yang luas atau obstruksi. Pada penderita dengan
nutrisi parenteral ini perlu di pantau dengan ketat karna selain mahal juga
efek samping nutrisi ini cukup besar.
C.
Pengobatan Penyakit kanker
Pengobatan
anti kanker seperti kemotrapi, radiasi serta pembedahan dapat mempengaruhi
status nutrisi penderita. Status gizi yang baik dapat menurunkan komplikasi dari
terapi anti kanker dan membuat penderita merasa lebih baik. Dukungan nutrisi
merupakan bagian yang penting dalam menunjang terapi penderita kanker.
PENYAKIT
TERKAIT IMUN
DISUSUN OLEH :1. R.SANDIANA R.S (1604015182)
1. INAYAH
A.M (1604015192)
Sistem Kekebalan Tubuh Adalah
Mekanisme Pertahanan Tubuh Dari Penyakit Dan Infeksi. Tentu, Sistem Kekebalan
Tubuh Yang Tidak Berfungsi Dengan Baik Akan Menyumbang Daftar Panjang Pada
Gangguan Sistem Kekebalan Tubuh.
Sistem Kekebalan Tubuh Adalah Mekanisme Yang Paling Kuat Dan Efisien Tubuh Untuk Mempertahankan Diri Melawan Segala Macam Bakteri Dan Parasit Yang Selalu Mengancam Setiap Saat. Sistem Kekebalan Tubuh Yang Menemukan Benda Yang Dianggap Asing Dalam Tubuh, Maka Ia Akan Mengambil Tindakan Untuk Menghancurkannya. Ada Beberapa Jenis Bakteri, Virus, Dan Benda Asing Berbahaya Lainnya Yang Berpotensi Menginfeksi Dalam Tubuh Manusia. Sistem Kekebalan Tubuh Kita Memproduksi Antibodi Khusus Untuk Setiap Jenis Mikro-Organisme. Jika Tidak Demikian, Kita Akan Semua Akan Menjadi Korban Dari Masalah Infeksi Yang Membahayakan Tubuh. Namun, Sistem Kekebalan Tubuh Yang Tidak Berfungsi Dengan Baik Justru Bisa Menjadi Malapetaka Di Dalam Tubuh, Yang Menyebabkan Sejumlah Besar Penyakit Dan Gangguan Kesehatan Lainnya.
Sistem Kekebalan Tubuh Adalah Mekanisme Yang Paling Kuat Dan Efisien Tubuh Untuk Mempertahankan Diri Melawan Segala Macam Bakteri Dan Parasit Yang Selalu Mengancam Setiap Saat. Sistem Kekebalan Tubuh Yang Menemukan Benda Yang Dianggap Asing Dalam Tubuh, Maka Ia Akan Mengambil Tindakan Untuk Menghancurkannya. Ada Beberapa Jenis Bakteri, Virus, Dan Benda Asing Berbahaya Lainnya Yang Berpotensi Menginfeksi Dalam Tubuh Manusia. Sistem Kekebalan Tubuh Kita Memproduksi Antibodi Khusus Untuk Setiap Jenis Mikro-Organisme. Jika Tidak Demikian, Kita Akan Semua Akan Menjadi Korban Dari Masalah Infeksi Yang Membahayakan Tubuh. Namun, Sistem Kekebalan Tubuh Yang Tidak Berfungsi Dengan Baik Justru Bisa Menjadi Malapetaka Di Dalam Tubuh, Yang Menyebabkan Sejumlah Besar Penyakit Dan Gangguan Kesehatan Lainnya.
Penyakit Yang Menyerang Sistem Imunitas Tubuh
Antara Lain :
1. Gangguan
Immunodeficiency
Ketika Bagian Dari Sistem Kekebalan Tubuh Tidak
Bekerja Dengan Baik, Mungkin Memiliki Gangguan Immunodeficiency.
Immunodeficiency Yang Akan Berhubungan Dengan Genetik Dan Hormonal Disebut Immunodeficiency
Primer Dan Selain Itu Immunodeficiency Sekunder Sering Dijumpai Pada
Beberapa Kondisi Medis Seperti Hiv.
Beberapa Penyakit Yang Disebabkan Oleh
Immunodeficiency Primer Adalah Sebagai Berikut:
·
Scid Atau Bubble Boy Disease - Penyakit
Kronis Ini Karena Sistem Kekebalan Tubuh Atas Kurangnya Sel B Dan Sel T Dalam
Tubuh.
·
Sindrom Digeorge (Displasia Thymus) -
Ini Adalah Cacat Di Mana Orang Dilahirkan Tanpa Kelenjar Timus.
·
Sindrom Chediak-Higashi Dan Penyakit
Kronis Granulomatous - Ini Adalah Penyakit Yang Disebabkan Oleh Kelemahan Dan
Kurangnya Tindakan Neutrofil.
Sementara
Penyakit Yang Disebabkan Oleh Immunodeficiency Sekunder Sebagai
Berikut:
·
Hiv (Human Immunodeficiency Virus) /
Aids (Acquired Immune Deficiency Syndrome) . Ini Adalah Penyakit Yang
Perlahan-Lahan Dan Memerangi Sistem Imun. Hiv Adalah Virus Yang Membunuh
Sel-Sel T. Ketika Kekebalan Tubuh Menurun Maka Tubuh Tidak Mampu Melawan
Berbagai Macam Infeksi Terinfeksi.
·
Immunodeficiency Ini Disebabkan Oleh
Obat-Obatan, Seperti Yang Digunakan Dalam Kemoterapi Pengobatan Kanker . Sementara
Kemoterapi Membunuh Sel-Sel Yang Menyebabkan Kanker, Tetapi Sel-Sel Sehat Juga
Ikut Terpengaruh
2. Gangguan Autoimun
Ini Adalah Penyakit Di Mana Sistem Kekebalan Tubuh Mengalami Kesalahan Mengidentifikasi Terhadap Penyakit Dan Mengira Bagian Tubuh Yang Sehat Sebagai Organisme Yang Buruk Penyebab Penyakit. Yang Disebabkan Oleh:
·
Lupus
Penyakit Lupus Adalah Salah Satu
Bentuk Penyakit Autoimun, Artinya Sistem Kekabalan Tubuh (Imun) Malah Menyerang
Sel-Sel, Jaringan Dan Organ Sehat Tubuh Itu Sendiri Yang Terjadi Terus Menerus
Sehingga Menimbulkan Peradangan Kronis. Dengan Kata Lain Penyakit Lupus
Diartikan Sebagai Penyakit Peradangan Kronis Autoimun. Peradangan Yang
Disebabkan Oleh Lupus Dapat Mempengaruhi Banyak Sistem Tubuh Diantaranya:
Sendi, Kulit, Ginjal, Sel Darah, Otak, Jantung Dan Paru-Paru Sehingga
Menimbulkan Banyak Sekali Gejala Atau Manifestasi Klinis Yang Beragam.
·
Juvenile Rheumatoid Arthritis
Juvenil
Rheumatoid Arthritis (Jra), Juga Dikenal Sebagai Juvenil Idiopatik Artrhitis,
Adalah Jenis Yang Paling Umum Dari Artritis Pada Anak-Anak Di Bawah Usia 16
Tahun. Juvenil Rheumatoid Arthritis Menyebabkan Nyeri Sendi Yang Berlangsung
Terus-Menerus, Pembengkakan Dan Kekakuan. Beberapa Anak Mungkin Mengalami
Gejala Ini Hanya Selama Beberapa Bulan, Sementara Yang Lain Dapat Mengalami
Gejala Ini Selama Sisa Hidup Mereka. Beberapa Jenis Rheumatoid Arthritis Dapat
Menyebabkan Komplikasi Serius, Seperti Masalah Pertumbuhan Dan Radang Mata.
Pengobatan Rheumatoid Arthritis Pada Remaja Berfokus Untuk Mengendalikan Rasa
Nyeri, Meningkatkan Fungsi Dan Mencegah Kerusakan Sendi.
·
Juvenile On-Set Diabetes
Adalah
Penyakit Yang Disebabkan Defisiensi Insulin Yang Absolut. Hal Itu Terjadi
Karena Kerusakan Total Dari Sel Beta Pancreas Yang Merupakan Sel-Sel Penghasil
Insulin,Penyakit Ini Terjadi Pada Orang Muda Dengan Usia Dibawah 30 Tahun Atau
Bahkan Sejak Usia Anak-Anak Sehingga Disebut Juvenil Onset Diabetes Milletus.
·
Scleroderma
Scleroderma
Adalah Sebuah Penyakit
Autoimun Yang Ditandai Oleh Kulit Yang Mengeras. Istilah Scleroderma
Berasal Dari Dua Kata Dalam Bahasa Yunani, Sclero (Keras) Dan Derma (Kulit). Scleroderma
Adalah Penyakit Tidak Menular, Non-Kanker, Dan Tidak Menginfeksi.
·
Ankylosing Spondylitis
Ankylosing
Spondylitis Adalah Kondisi
Arhtritis Yang Menyakitkan. Sendi Pada Punggung Bagian Bawah Dapat Menyatu,
Mengakibatkan Postur Membungkuk. Bagian Yang Paling Sering Terkena Adalah
Punggung Bawah, Dada, Dan Leher. Bagian Sendi Lainnya Termasuk Pinggul, Bahu,
Lutut, Dan Pergelangan Kaki.
·
Dermatomiositis Juvenile
Dermatomiositis
Adalah Penyakit Otot Langka Yang Seringkali Didahului Dengan Timbulnya Bercak
Pada Kulit. Dermatomiositis Akan Menyebabkan Otot Melemah Secara Keseluruhan
Dan Dapat Menjadi Fatal Bagi Pasien Dewasa Karena Penyakit Ini Menyebabkan
Komplikasi Seperti Kanker, Penyakit Paru, Pneumonia,
Kekurangan Nutrisi, Dan Gagal Paru-Paru. Penyakit Ini Merupakan Bagian Dari
Jenis Penyakit Otot Bernama Radang Miopati, Yang Meliputi Polimiositis,
Dermatomiositis/Polimiositis Juvenile, Amyopathic Dermatomyositis, Dan
Antisynthetase Syndrome.
3. Gangguan Alergi
Ketika Reaksi Terlalu Kuat Dari Sistem Kekebalan Tubuh Untuk Alergen, Tubuh Menderita Alergi. Sistem Kekebalan Tubuh Menunjukkan Gejala Seperti Bersin, Konjungtivitis, Radang Bagian-Bagian Tertentu Dari Tubuh Dan, Dalam Beberapa Kasus, Anafilaksis .
Obat Antihistamin Untuk Alergi Sering Menyebabkan Alergi. Beberapa Contoh Dari Alergi Asma , Eksim, Reaksi Alergi Terhadap Makanan, Obat-Obatan, Pada Saat Itu, Dan Lingkungan (Misalnya Debu).
4. Kanker Pada Sistem Kekebalan Tubuh
Infeksi
Pada Sel-Sel Tulang, Dapat Menyebabkan Kanker. Limfoma Adalah Salah
Satu Jenis Kanker Yang Umum Dalam Sistem Kekebalan Tubuh, Selain Itu Leukemia
(Kanker Darah) Juga Untuk Orang-Orang Muda.
DAFTAR
PUSTAKA
Agus
Bambang.1992.Pengendalian Hama dan Penyakit.Yogyakarta:Kanisius
Suharjo,dkk.2010.Vaksinisasi
Cara Ampuh Cegah Penyakit dan Infeksi.Yogyakarta:Kanisius
Bratawidjaja,
Karnen Garna.2009. Imunologi Dasar. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Imunologi Dasar edisi ke-10
Karnen Garna Baratawidjaja Iris Rengganis (FKUI).
DAFTAR
PUSTAKA
Brown EJ,
Joiner KA, Frank MM. Complement. In
fundamental immunology. 3rd
edition. New York:
Raven Press, l985; 645-68.
Bratawidjaja, K.G., 2004. Imunologi Dasar edisi
ke-6. Fakultas Kedokteran UI. Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.Imunostimulan pedang Bermata Dua.BuletinIDAI No
25:2007
DAFTAR PUSTAKA
Wahab
Samik Dan Madarina Julia. 2002. Sistem
Imun,Imunitas & Penyakit Imun. Jakarta : Bumi Aksara